SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Kesekian kalinya sejumlah bentuk donasi dari para donatur disalurkan kembali oleh para volunteer Gerakan Seribu Untuk Indonesia (GSUI) kepada masyarakat yang terdampak Covid-19, juga ke para pekerja seni serta jurnalis. Dan seperti kali ini donasi paket sembako GSUI datang dari Yusoff Fammily, Singapura. Sedangkan untuk donasi karya lagu datang dari dr. Edi Prasetyo dengan lagunya bertajuk ‘Panggilan Untuk Indonesia’. Sementara melalui Tribute of Didi Kempot, GSUI mencoba mengajak masyarakat untuk turut berdonasi dalam gerakan ini.
Bagi Mudjib selaku Ketua Federasi Pekerja Seni, menegaskan bahwa ditengah situasi pandemi yang sudah berjalan selama dua bulan ini, kondisi para pekerja seni sangat memprihatinkan, apalagi mereka kerap tidak terdata. Disamping tak sedikit pekerja seni yang tak memiliki KTP DKI Jakarta, namun dia tinggal di Jakarta. Inilah yang lolos dari pantauan. Oleh karenanya, Mudjib menyatakan apresiasi sebesar besarnya untuk para donatur di GSUI yang telah turut memperhatikan para pekerja seni ini. Dan sedikitnya 350 Paket Sembako dan 650 Paket Nasi Box sudah disalurkan kepada para pekerja seni, dan para musisi jalanan. Disamping paket tersebut melengkapi pemberian ‘Gerakan Seribu Rupiah untuk Seribu Pelaku Seni di Indonesia.
Sementara itu donasi karya lagu, datang dari dr. Edi Prasetyo untuk GSUI, bertajuk ‘Panggilan Untuk Indonesia’; Lyric oleh Dokter Edi Prasetyo dan Agyl Shahriar. Sedangkan untuk Composer oleh Tya Subiakto dan Agyl Shahriar. Dan untuk Arranger dibesut oleh Tya Subiakto dan Iwan Wiradz.
Lagu ‘Panggilan Untuk Indonesia’, mengajak semua masyarakat Indonesia untuk bisa satu persepsi bahwa virus Covid-19 ini harus dilawan bersama-sama. Tidak hanya oleh pemerintah, atau tenaga medis saja. Tapi masyarakat umum bisa ikut berperan serta dalam mencegah dan memutus mata rantai penularan Virus Covid-19.
Perlu diketahui pula, bahwa ‘Gerakan 1000 Untuk Indonesia’ atau GSUI, merupakan sebuah gerakan spontanitas dari kita-kita yang berlatar belakang berbeda-beda dan berbagai kalangan bahwa kita ini bergerak dengan wabah pandemik saat ini.
“Ini adalah sebuah moment bagi kita sebagai anak bangsa untuk bersama-sama bergerak untuk merajut semangat gotong-royong, solidaritas antar semua anak bangsa dari Sabang hingga Merauke. Jadi ini adalah sebuah gerakan nyata, sebuah gerakan yang di inisiasi oleh anak-anak bangsa dan untuk anak-anak bangsa juga. Jadi apa yang kita lakukan ini adalah merupakan sebuah gerakan dimana mengajak teman-teman baik dari kalangan menengah, maupun kalangan atas, untuk mau membantu, menyalurkan, mendonasikan, apa yang mereka bisa berikan, berapapun yang mereka bisa berikan dan itu semua akan kita salurkan pada masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19,” jelas Kriss selaku inisiator GSUI, disamping Muantho Hatta serta Carldeas.
Oleh karenanya, pada kegiatan pertama GSUI ingin memutus mata rantai perkembangbiakan Covid-19 dengan membagikan ektrak disinfektan kepada seluruh Kelurahan di 5 wilayah DKI Jakarta. Dan pada kegiatan GSUI berikutnya mengirimkan serta membagi bagikan 10.000 masker ke kota-kota paling banyak mengalami dampak Covid-19 nya.
Dan yang berikutnya, terkait Donasi Via ‘Tribute of Didi Kempot’ menjadi agenda MusicTalkshow Episode#4, dengan tajuk ‘Merajut Kebangsaan Nusantara, Merangkul Kebanggaan Nasional’ yang akan dilaksanakan Sabtu, 6 Mei 2020, 15.30 WIB On Air.
Menghadirkan Carlldeas (Jakarta ), Neea Rachma (Depok), Paramitha Rusady (Jakarta), Yanthi Lesmono (Netherland), Guntoro (Solo), Wiwiex Soedarno (Semarang), Kristin D (USA), Rissa Asnan (USA ), Joelina Bee (USA), Deni (Jakarta), Isabelle Tramp (Jakarta), Lennon Tramp (Jakarta), serta dr.Lily Indriani Octavia Sp.GK (Jakarta). Dimana Tribute to Didi Kempot ‘The God Father of Broken Heart’ dapat disaksikan dalam Seribu Untuk Indonesia YouTube Channel (https://hddn.pub/1000untukindonesia, red).
“Setiap pendendang menyadari,
Bernyanyi adalah mengutarakan suara hati.
Namun sedlkit yang sanggup menuliskan isi hati dengan sederhana,
tapi rasanya tetap istimewa.
Dia memang pernah jadi penyanyi jalanan,
makanya lagu-gunya mengutarakan hati orang kebanyakan.
Saat panggungnya telah melampaui trotoar,
Ia tetap membuat hati pendengar jadi jembar.
Seorang musikus yang otentik, dari kampung yang mungkin Udik,
tapi berdiri di atas tradisi yang wingit.
Tembangnya didendangkan segenap kaum muda
yang tak tahu lagi hendak berkata apa saat Iara memenuhi rongga dada.
Ia adalah juru bicara kesedihan.
Ia mengubah kepedihan menjadi tertanggungkan.
700 karya sudah ia lahirkan,
30 tahun sudah ia berdendang,
dan dia akan terus bernyanyi, lagi dan lagi.
Ia selalu tahu,
mereka yang tak berhenti berdendang akan selalu menemukan lagu,
Dan barangsiapa yang bernyanyi,
pada dasarnya sedang berdoa dua kali …
(tjo; foto ist
			









































			













