SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengimbau kepada pengrajin tahu dan tempe untuk tidak menaikkan harga secara drastis. Menurut data Kemendag saat ini stok kedelai di gudang importir masih sekitar 450 ribu ton.
“Kami melakukan pendekatan berharap kepada para pengrajin tahu dan tempe untuk tidak menaikkan harga melebihi normal, artinya sejalan dengan peningkatan biaya produksi,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto, Minggu (3/1/2021).
Dirinya menjelaskan, Kemendag telah melakukan koordinasi dengan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), bahwa harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp 9.000 per kg pada November 2020 menjadi Rp 9.500 per kg pada Desember 2020 atau naik 5,56 persen.
“Kita semua tahu tahu tempe itu produksi bahan paling utama itu dari kedelai, informasi yang saya dapat dari para pengrajin tahu tempe itu 70 persen bahan bakunya dari kedelai, dan biaya lainnya,” ujarnya.
Apalagi produksi dalam negeri hanya bisa memenuhi 33 persen dari kebutuhan nasional artinya Indonesia masih sangat tergantung sekali dengan impor untuk kedelainya.
Suhanto menyebut impor kedelai yang paling besar itu dari Amerika Serikat, berbarengan dengan itu adanya pandemi covid-19 secara global produksi kedelai pun menurun.
Di lain pihak, China yang selama ini yang melakukan impor bahan baku kedelai dari Amerika Serikat pada Desember 2020 melakukan impor besar-besaran, yang biasanya 15 juta ton menjadi 30 juta ton.
“Nah kondisi berebut itulah yang membuat harga naik. Kenaikannya sangat signifikan, sejalan dengan itu importir kita mestinya menyesuaikan harga penjualan kepada para distributor, koperasi, dan pengrajin,” jelasnya.
Untuk itu Kemendag terus mendorong dan berkomunikasi dengan para importir terkait stok kedelai. Dan berkomunikasi melalui berbagai stakeholder dan pengrajin untuk tetap berproduksi. (EK)