SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Agung Hendriadi, menjelaskan, gerakan stabilisasi harga merupakan hasil dari pertemuan antara Kementan bersama Kementerian Perdagangan, Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) pada Selasa (5/1/2021).
“Kemendag dan Kementan hanya memfasilitasi, yang bersepakat adalah asosiasi importir dan produsen tempe tahu. Kesepakatannya, kita akan lakukan gerakan stabilisasi harga dan pasokan kedelai 100 hari ke depan,” kata Agung di Jakarta, Jumat (7/1/2021).
Agung mengatakan, operasi pasar itu dilakukan di seluruh Jawa. Sebab, masalah tingginya harga tempe dan tahu tidak hanya terjadi di Jakarta dan Jawa Barat, tapi cukup luas di provinsi lain wilayah Jawa.
Sementara itu, Ketua Gakoptindo, Aip Syarifuddin meminta pemerintah mulai mempersiapkan kedelai lokal. Produksi dalam negeri perlu mulai ditingkatkan karena jauh lebih berkualitas ketimbang produk impor.
“Kami berharap agar dalam stabilisasi harga tiga bulan ke depan, ada kedelai lokal supaya jumlahnya makin naik tiap tahun,” kata Syarifuddin.
Aip mengatakan, Presiden Joko Widodo secara khusus juga telah meminta kepada Gakoptindo agar mau menggunakan produk kedelai lokal. Seluruh pengrajin tahu dan tempe di bawah Gakoptindo menilai bahwa produk lokal jauh lebih baik.
“Bisa ditanya ke seluruh pengrajin, kedelai lebih bagus dari gizinya, protein, kandungan isoflavon, dan lain-lain,” kata Aip menambahkan.
Jika nantinya kedelai lokal mulai bisa mendominasi bahan baku tempe dan tahu di Indonesia, para konsumen akan lebih sehat. Di satu sisi, memberikan dampak kesejahteraan bagi banyak pihak, termasuk para petani.
Pemerintah mulai melakukan upaya stabilisasi harga kedelai yang dipatok sebesar Rp 8.500 per kilogram. Program tersebut akan dilakukan hingga 100 hari ke depan dengan total pasokan yang disiapkan sebanyak 317 ribu ton. (www)