SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kartika Soeminar, seorang penyintas dari hubungan abusive dengan seseorang bergejala Narcissistic Personality Disorder (NPD), meluncurkan buku berjudul “Broken But Unbroken” di Jakarta Selatan. Buku ini menggali kisah nyata pengalaman Kartika selama hidup bersama pasangan bergejala NPD serta berbagi wawasan mengenai dinamika gangguan ini dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
Memahami NPD: Lebih dari Sekadar Narsisme
Dalam dunia psikologi, NPD adalah gangguan kepribadian yang dikategorikan sebagai patologis, di mana pengidapnya menunjukkan rasa superioritas yang ekstrem, haus validasi, serta minim empati. Pengidap NPD biasanya tidak menyadari gangguan ini, meski perilaku mereka seringkali menimbulkan dampak buruk pada orang-orang terdekatnya. Menurut data epidemiologi 2023, sekitar 75% dari kasus NPD terjadi pada pria, dengan prevalensi tinggi di kalangan remaja dan dewasa muda (Palupi & Noorrizki, 2023).
Kampanye #BrokenButUnbroken: Membangkitkan Kesadaran Masyarakat
Sejak April 2024, Kartika juga mengadakan kampanye bertajuk #BrokenButUnbroken bersama Komunitas Emak Blogger (KEB) di tujuh kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang NPD serta membekali korban dan lingkungan mereka dengan pemahaman yang lebih baik terkait cara menghadapi pengidap NPD. Kartika berharap kampanye ini dapat memberi semangat bagi para korban NPD untuk bangkit dan mendapatkan dukungan mental yang memadai.
“Broken But Unbroken”: Buku Edukasi dan Inspirasi
Melalui buku ini, Kartika membagikan kisah pribadinya serta pemahaman yang lebih luas tentang dampak psikologis hidup bersama seseorang dengan NPD. “Hidup berdampingan dengan pengidap NPD bisa sangat merusak kesehatan mental tanpa support system dan kesadaran yang cukup. Dengan buku ini, saya ingin berbagi panduan dan dukungan bagi mereka yang sedang berjuang,” ungkap Kartika. Ia berharap bukunya mampu memberikan kekuatan dan harapan kepada para pembaca yang mungkin mengalami situasi serupa.
Pendapat Ahli tentang NPD dan Dampaknya
Psikolog senior Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si., mengungkapkan bahwa pola pengasuhan yang tidak seimbang, seperti terlalu banyak pujian pada masa kecil, dapat menjadi pemicu seseorang mengembangkan kepribadian narsistik. Ia menjelaskan bahwa pengidap NPD sering kali merasa superior dan cenderung manipulatif, dengan kebutuhan konstan untuk dikagumi. “Mereka tidak sadar memiliki perilaku ini dan hal ini menjadi beban bagi orang-orang di sekitar mereka, yang sering kali menanggung trauma psikologis akibat perilaku abusif mereka,” jelas Dra. Probowatie.
Dra. Probowatie menambahkan bahwa para korban kerap mengalami self-blame dan kesulitan memutuskan apakah harus bertahan atau meninggalkan pasangan mereka, terutama karena tekanan sosial. Ia merekomendasikan konseling dan terapi seperti psikoterapi atau self-healing bagi korban yang sudah mengalami depresi.
Harapan untuk Edukasi Kesehatan Mental di Indonesia
Di Indonesia, pemahaman masyarakat mengenai kesehatan mental, terutama tentang NPD, masih terbatas. Peluncuran buku Broken But Unbroken diharapkan mampu menjadi jendela edukasi yang komprehensif, terutama untuk meningkatkan kesadaran di kalangan perempuan tentang gejala-gejala NPD dan bagaimana melepaskan diri dari hubungan beracun.
Kartika Soeminar melalui bukunya mengajak masyarakat untuk turut serta dalam gerakan menuju generasi yang lebih kuat, berwawasan, dan menghargai kesehatan mental. Broken But Unbroken diharapkan tidak hanya membantu penyintas NPD, tetapi juga menjadi referensi bagi masyarakat dalam memahami NPD serta dampak psikologis yang mungkin dialami oleh para korban.
(ANTON)