SUARAINDONEWS.COM, Surabaya – Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya, Andi Sitti Mariyam, tengah mengikuti program kolaborasi riset astronomi di Korea Institute for Advanced Study (KIAS), Seoul sejak 18 Agustus hingga 8 September 2025.
Mariyam yang saat ini menempuh studi doktoral di Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) berkesempatan berdiskusi langsung dengan pakar astronomi dan astrofisika kelas dunia, salah satunya Prof. Changbom Park.
Kegiatan diawali dengan keikutsertaannya dalam AstroAI Asian Network (A3 Net) Summer School di KIAS pada 18–22 Agustus 2025. Program tersebut membahas penerapan Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning dalam riset astrofisika. Pengajar datang dari institusi ternama dunia, termasuk Princeton University, MIT, Harvard University, Simons Foundation, ATLAS, serta Korea Astronomy and Space Science Institute.
Selama satu pekan, peserta tidak hanya mengikuti kuliah, tetapi juga ditantang menyelesaikan persoalan astrofisika menggunakan metode machine learning, deep learning, hingga generative model. Di akhir program, tiap kelompok mempresentasikan hasil risetnya.
Usai summer school, Mariyam melanjutkan riset kolaborasi di KIAS dengan fokus pada evolusi galaksi dan struktur besar alam semesta. Penelitian ini memanfaatkan big data astronomi serta komputasi berperforma tinggi untuk melakukan simulasi numerik.
“Dengan kolaborasi ini saya berharap dapat meningkatkan kemampuan riset dan memperluas jejaring dengan komunitas peneliti internasional di bidang galaksi, kosmologi, dan astronomi secara umum,” ujarnya.
Selain kegiatan akademik, Mariyam juga memanfaatkan waktunya untuk mengenal masyarakat dan budaya Korea. Ia sempat mengunjungi National Palace Museum, Gyeongbokgung Palace, Namsan Tower, dan Insa Dong Street.
Salah satu pengalaman menarik ditemuinya di National Palace Museum, yakni manuskrip Chiljeongsan Oepyeon (칠정산 외편) dari Dinasti Joseon pada masa Raja Sejong (sekitar 1444 M). Kitab astronomi ini memuat sistem penanggalan Islam yang dikenal sebagai Huihui Calendar, dan digunakan untuk meramalkan gerhana Matahari dan Bulan.
“Ternyata Korea pada masa lalu juga belajar kalender dari peradaban Islam,” ungkap Mariyam.
Keikutsertaan Mariyam di program internasional ini tidak hanya memperkaya pengalaman riset astronomi, tetapi juga memperkuat jalinan akademik antara peneliti Indonesia dengan komunitas ilmiah global.
(Anton)