SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Dalam negeri yang (katanya) sedang giat membangun, investasi mestinya jadi primadona. Tapi menurut Idrus Marham, Wakil Ketua DPP Partai Golkar, realitasnya tak seindah brosur pariwisata. Alih-alih digoda dengan kemudahan berinvestasi, para investor malah disambut karpet merah yang digulung oleh premanisme, birokrasi keruh, dan regulasi pingpong antara pusat dan daerah.
“Kita semua tahu bahwa premanisme dan isu lainnya menjadi hambatan dalam proses investasi,” ujar Idrus. Pernyataan yang sejuk, untuk fakta yang sebenarnya cukup memalukan.
Yang lebih menyakitkan? Itu bukan satu-satunya masalah. Idrus mengungkapkan bahwa izin berbelit, ketidakpastian hukum, dan proses hukum yang nyangkut di ruang tunggu menjadi alasan kenapa investor kadang lebih memilih Vietnam daripada Indonesia. Negara tetangga sudah masuk era digital, sementara kita masih sibuk nyari ‘tanda tangan pejabat yang bisa ditemui hari ini’.
“Banyak kasus yang sudah diurus tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Ini pastinya mempengaruhi pandangan investor dari luar,” lanjutnya.
Lalu, datanglah tokoh penyelamat: Bung Rosan, yang menurut Idrus, sedang berjuang bersama aparat hukum untuk membuat negeri ini setidaknya terlihat aman dan menarik bagi para pemodal. Apresiasi pun dilayangkan Idrus, walau di balik itu, terasa seperti sindiran bagi banyak pejabat yang sibuk berpolitik tapi lupa fungsi pelayanan publik.
“Saya dukung penuh apa yang dilakukan Bung Rosan. Koordinasi dengan aparat itu penting. Supaya ada jaminan keamanan dan kepastian hukum,” katanya, sambil, entah sadar atau tidak, menyentil kesenjangan antara wacana dan realita.
Pernyataan ini sekaligus sinyal bahwa Partai Golkar ingin ambil peran penting dalam menciptakan iklim investasi yang sehat. Tapi tentu saja, wacana bukan jaminan. Kita sudah terlalu kenyang dengan janji politik.
Kalau preman bisa mengatur perizinan, dan hukum hanya berlaku bagi yang tak berkuasa, maka kita tak sedang bicara soal negara hukum. Kita sedang main Monopoli—yang pegang ‘kartu bebas penjara’, menang.
(Anton)