SuaraIndoNews.com ~Bandung – Pilkada Jawa Barat 2018 bakal diwarnai persaingan ketat, namun berdasarkan hasil survei Citra Komunikasi Lembaga Survei Indonesia (LSI) Pilkada Jabar 2018 per 22-29 September 2017, DM (Dedi Mulyadi) dan Uu (Ruzhanul Ulum) sebagai cagub dan cawagub yang sangat potensial terpilih.
“Untuk calon gubernur Dedi Mulyadi. Dia masih punya potensi untuk terpilih karena tingkat pengenalan Dedi yang baru 50,6%, tapi tingkat kesukaanya cukup tinggi, 83,9%. Bandingkan dengan Demiz dan DY yang pengenalannya sudah diatas 90%. Ini artinya, jika Dedi Mulyadi mau menggenjot pengenalannya hingga 80 atau 90% seperti Demiz dan DY, potensi terpilih DM sangat terbuka,” jelas Denny JA.
Sementara itu elektabilitas RK (Ridwal Kamil) yang resmi diusung Nasdem, dalam berbagai simulasi, belum cukup meyakinkan karena masih dibawah 40%.
Sedangkan DY (Dede Yusuf) mulai meroket serta Demiz (Deddy Mizwar) yang elektabilitasnya di atas DM, stagnan.
Analisis hasil survei terbaru Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Network Denny Ja) menggunakan metode standard: multi stage random sampling, dimana seluruh pemilih Jawa Barat dipilih secara random. Jumlah responden 440, dengan margin of error sebesar 4.8%.
Dalam berbagai simulasi, mulai dari 21 calon, 8, 5 dan 4, posisi elektabilitas RK memang konsisten diatas seluruh calon. Namun, belum mampu tembus diatas 50% apalagi 60%, angka yang sering digunakan untuk menyebutnya bakal calon perkasa atau matahari tunggal.
Dalam simulasi 21 calon misalnya, RK harus puas dengan (26,7 %), disusul Dede Yusuf (20,1%), Deddy Mizwar (19,2%), AA Gym (10,0%), Dedi Mulyadi (9,7%) dan Uu Ruzhanul Ulum (Bupati Tasikmalaya) 5,1%. Yang lainnya, termasuk Rieke Diah Pitaloka (anggota DPR RI PDIP) hanya 4,1%.
Begitu juga dalam simulasi 8 calon, RK (29,6%), DY ( 24.0%), Demiz (19,0%), DM (11,1%), UU (7,1%) dan Rieke (5,2%). Yang lainnya dibawah 1%.
Untuk simulasi 5 calon, RK (32%), DY (24,8%), Demiz (19,5%), DM (12,9%) dan UU (7,8%).
Sementara untuk simulasi 4 calon, RK (34.2%), DY (28,3%), Demiz ( 21,6%), DM (13,7%).
Persaingan ketat itu tergambar dari posisi elektabilitas seluruh figur yang potensial maju sebagai calon gubernur. Apalagi nama-nama figur tersebut hingga kini masih terkendala “tiket” partai yang masih belum aman. Termasuk, Deddy Mizwar yang baru resmi diusung oleh PKS dan RK oleh Nasdem.
Dari pengalaman LSI melakukan survei, dukungan yang merata di semua segmen itu biasanya sering menjadi indikator kuatnya calon tersebut. Dalam faktanya distribusi dukungan di aneka segmen demografis pun, mulai dari suku, agama, pemilih partai, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, dan jenis kelamin, seluruh calon yang akan bertarung belum ada yang kokoh merata di semua segmen.
Indikator lainnya yang biasa kita lihat untuk melihat seberapa potensial seorang calon untuk menang dalam Pilkada adalah pada tingginya strong supporter (pemilih militan). Dan yang terjadi dalam survei Pilkada Jabar hingga saat ini, pemilih militan seluruh calon masih berada dibawah 20%. Sementara, diluar pemilih militan, masih ada sekitar 52% pemilih yang masih ragu, rahasia, atau sudah punya pilihan tapi masih sangat mungkin berubah.
“Jumlah sebesar 52% itu biasa kita sebut dengan “lahan tak bertuan” yang masih bisa diperebutkan oleh siapa saja. Tentu, siapa yang bisa mengambil suara terbanyak dari 52% itu, dialah yang akan menang”, jelas Denny JA.
Disamping survei terhadap Calon Gubernur, LSI juga memotret para calon wakil gubernur. Ada tiga figur yang potensial bisa mendongkrak elektabilitas calon gubernur dengan beberapa pertimbangan dan alasan. Salah satunya, alasan perlunya sosok yang merepresentasikan sosok yang memiliki basis pemilih Islam yang kuat mengingat karakter sebagian warga Jabar yang religius. Dari ketiga calon wakil yang potensial, dua diantaranya Aa Gym dan Uu Ruzhanul Ulum. Sementara Desy Ratnasari sebagai calon wakil gubernur juga potensial lebih karena faktor popularitas keartisannya plus sebagai anggota DPR dari PAN.
Sosok-sosok Cagub potensial seperti RK, DY, Demiz dan DM, masuk dalam kategori yang tercitrakan “nasionalis”. Sehingga, siapapun yang maju dari keempat cagub itu perlu figur Calon Wakil Gubernur yang memiliki basis Islam yang kuat tadi, diantaranya, Aa Gym dan UU.
Berdasar simulasi LSI 19 calon, Aa Gym masuk sebagai calon wakil paling unggul dengan 14,9%, disusul Desy 12,0% dan Uu (10,1%). Tapi, dalam simulasi 12 calon ketika Aa Gym dihilangkan, Desy masuk calon wakil tertinggi dengan 21,6%. Sementara, Uu melesat ke 20,6% ketika Aa Gym dan Desy dihilangkan. Ini artinya, jika Aa Gym dan Desy tak jadi masuk sebagai Calon Wakil Gubernur, maka Uu lah yang sangat potensial mendongkrak siapa pun cagub nya.
Hanya saja, problematika Uu lebih pada persoalan tingkat pengenalan yang masih rendah (22,4%). Berbeda dengan tingkat pengenalan Aa Gym (95,2%) dan Desy (92,0%). Hal tersebut masih bisa berfluktuasi apabila tingkat pengenalan seperti Uu yang masih rendah, akan jauh lebih baik asal tingkat kesukaannya tinggi. Berbanding terbalik jika figur yang memiliki tingkat pengenalannya tinggi, namun tingkat kesukaannya rendah.
“Dari data survei ini, Uu justru memiliki tingkat kesukaan yang tinggi 77,5% dari yang mengenalnya sebanyak 22,4%,” jelas Denny mengakhiri.
(tjo/foto ist