SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wacana pemberian gelar pahlawan nasional untuk Presiden ke-2 RI Soeharto kembali mencuat ke permukaan. Kali ini, dukungan datang dari Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar MPR, Firman Soebagyo, yang menyatakan secara terbuka bahwa Pak Harto sangat layak menyandang gelar pahlawan nasional berkat jasa-jasa besarnya membangun negeri.
“Mohon kepada bapak presiden, saya sebagai kader Partai Golkar mengusulkan sekali lagi, agar Pak Harto diberikan gelar pahlawan nasional,” ujar Firman, Kamis (24/4/2025).
Menurut Firman, jangan sampai wacana ini jadi alat politik jangka pendek. Bukan soal pro-kontra politik, tapi tentang menuliskan sejarah bangsa secara jujur dan utuh. Ia menilai, kontribusi Soeharto terhadap kebangkitan Indonesia dari keterpurukan ekonomi hingga menjadi negara yang disegani patut diapresiasi dalam bentuk gelar kehormatan tertinggi.
“Pemerintah kami harap harus secara fair menentukan siapa yang berhak untuk menerima gelar pahlawan,” tegasnya.
Bukan Hanya Tentara, Tapi Juga Arsitek Ekonomi
Firman menyebut, Soeharto bukan hanya seorang pemimpin militer, tapi juga arsitek utama pembangunan nasional. Di era awal kepemimpinannya, Indonesia yang sedang kacau secara ekonomi berhasil bangkit dengan cepat. Salah satunya berkat tim ekonomi andal seperti Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo (ayah Prabowo Subianto), yang jadi tangan kanan Pak Harto di bidang ekonomi.
“Tahun 1967 kita punya utang luar negeri 700 juta dolar. Tapi akhirnya bisa bangkit, bahkan swasembada pangan di tahun 1984,” ujar Firman.
Tak hanya itu, harga barang terjangkau, nilai tukar rupiah stabil (Rp 378 per dolar AS tahun 1971!), dan program-program strategis seperti pabrik pupuk, pembangunan jalan tol, hingga perhatian terhadap gizi anak-anak sudah digagas sejak dulu.
“Gerakan beliau untuk melawan intervensi asing, untuk mendirikan pabrik pupuk saja tidak boleh oleh World Bank, beliau menantangnya,” kata Firman, yang kini duduk di Komisi IV DPR RI.
Bapak Pembangunan, Bukan Sekadar Julukan
Bagi Golkar, menyebut Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan” bukan basa-basi. Program jangka panjang yang dirancang sejak awal era Orde Baru jadi pondasi dari banyak kebijakan hari ini—termasuk yang sedang dijalankan Presiden Prabowo seperti pemerataan gizi dan alih teknologi pertanian.
“Semua yang dibangun sudah ada perencanaan jangka panjang oleh beliau. Suara kami dari generasi muda, generasi penerus bahwa Pak Harto adalah bagian dari pembangunan Indonesia,” tutup Firman.
Reformasi Bukan Alasan untuk Melupakan
Firman mengingatkan, reformasi bukan berarti menghapus semua hal dari masa lalu. Menurutnya, setelah dua dekade pasca reformasi, kini masyarakat mulai melihat kembali jejak kontribusi Soeharto dengan kacamata yang lebih jernih.
“Karena reformasi, apa yang menjadi konsep kontribusi pemikiran Pak Harto dianggap tidak baik. Tapi kita sadar sekarang ini bahwa apa yang disampaikan beliau betul adanya,” ujarnya.
Dengan begitu banyak jejak yang ditinggalkan, Firman menilai sudah saatnya negara mengabadikan peran Soeharto sebagai tokoh nasional dengan gelar resmi pahlawan.
(Anton)