SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pentas seni yang akan mengangkat Kebudayaan Nusantara akan dipergelarkan di bulan Oktober ini. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, untuk kedua kalinya akan menggelar Festival Panji Internasional bertajuk ASEAN Panji Festival.
Pada festival tahun ini akan diikuti oleh sembilan negara ASEAN, antara laiin Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Irini Dewi Wanti mengatakan festival ini bekerjasama dengan pemerintah deerah, perguruan tinggi, dan melibatkan komunitas-komunitas budaya yang ada di tiap daerah.
“Saya berharap cerita Panji akan selalu hidup dan lestari di masyarakat dan komunitas dalam skala kecil maupun skala luas,” kata Irini, di Jakarta, Rabu (11/10/2023).
Kesembilan negara yang berpartisipasi akan menampilkan sajian tari kolaborasi yang berpusat pada kisah Panji (Inao), sebuah epos romantis yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Memory of The World (MoW) tahun 2017.
Dihelat dari tanggal 7 hingga 28 Oktober 2023, ASEAN Panji Festival akan digelar di lima kota, yakni Yogyakarta (13/10), Kediri (16/10), Malang (21/10), Pasuruan (22/10), dan Solo (25/10). Di masing-masing kota tersebut, akan digelar pertunjukan kolaborasi Cerita Panji dalam lakon “Panji Semirang” dari semua negara peserta.
Prof.Dr. Ing Wardiman Djoyonegoro, seorang penggiat seni, menuturkan, festival ini merupakan sebuah upaya untuk melestarikan serta memperkuat lagi sastra dan budaya Panji yang ternyata tidak hanya menyebar di Nusantara, tetapi juga di negara-negara ASEAN.
“Sastra dan Budaya Panji yang dimulai 7 abad lalu (abad 14), sudah sangat digemari oleh masyarakat, sehingga menyebar dari Jawa Timur hingga ke wilayah Nusantara. Pada abad ke-19, sastra dan budaya Panji menyeberang lautan ke Asia Tenggara. Sastra dan Budaya Panji yang populer di Asia Tenggara berubah nama menjadi Inao dan Bussaba. Sejarawan Adrian Vicker menyebutkan pengaruh Panji sebagai A Panji Civiliation in South-East Asia,” ungkap Wardiman, yang juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, pada Periode 1993-1998.
Menurutnya, cerita Panji merupakan karya sastra dan budaya Indonesia yang berkembang pada abad ke-14 Masehi. Cerita yang berkisah mengenai Kerajaan Kadiri ini adalah kisah asli Jawa Timur dan berkembang pesat pada masa Majapahit. Cerita Panji memiliki banyak versi dan tersebar hingga wilayah Asia Tenggara. Selain di Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sumatra, kisah Panji juga menyebar hingga Thailand Kamboja, Laos, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Myanmar.
Cerita Panji (Inao) menjadi bentuk bercerita yang seringnya dibangun, diubah, dan digambarkan ulang dalam cerita rakyat dan seni tradisional di berbagai Kerajaan Asia Tenggara. Berbagai tempat di Asia Tenggara menambah kekayaan dan nilai budaya kisah ini sekarang. Cerita Panji bisa berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, bahkan berbeda dengan negara lainnya. Hal ini karena tidak ada satu pun satu Cerita Panji yang baku, pengarang bebas menginterprestasikan Cerita Panjinya masing-masing. Ia tumbuh pada tempat dan waktu tertentu yang dapat dirujuk sebagai latar belakang kisahnya.
“Misalnya saja Bali, cerita Panji, Cerita Malat, di negara ASEAN lainnya, Panji disebut Inao. Cerita Panji sangat individualistik, tergantung di mana daerah Cerita Panji itu berkembang. Cerita Panji temanya memang satu, tapi cara menceritakannya beragam,” tandas Wardiman.
Menurutnya, keunikan dan kepopuleran Panji menjadi inspirasi munculnya bentuk seni lain, seperti seni rupa, seni sastra, wayang, topeng, ketoprak, dan seni pertunjukkan lainnya. (Ahmad Djunaedi)