SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Melengkapi tiga film lainnya di layar 21, Enak Tho Zamanku … Piye Kabare Produksi Kreativa Art dan Midessa Picture diluncurkan di Pusat Perfilman Usmar Indonesia, Jakarta (10/4), yang skenario dan penyutradaraannya di garap langsung oleh Akhlis Suryapati.
Melihat dari judul film ini tak sedikit ingatan masyarakat lalu menghubungkan film bergenre Drama Crime Satire Sosial tersebut dengan Presiden RI ke 2 yakni Soeharto. Sehingga tak heran bila masyarakat langsung menudingnya bahwa Ini Film tentang Soeharto yaa … Upsss..
Apalagi tak sedikit yang lantas kemudian menghubung-hubungkannya dengan tahun politik serta hadirnya Partai Politik Berkarya yang dibina oleh putra Soeharto, Hutomo Mandala Putra yang lolos sebagai peserta Pemilihan Umum 2019 mendatang. Belum lagi sang Produser, Sonny Pudjisasosono, juga kabarnya turut terlibat dalam kelahiran partai berkarya tersebut.
Tak heran bila fikiran masyarakat pun lalu tergiring dalam kontekstasi politik itu, padahal jika menyaksikan film yang di klaim sebagai ‘Film Indonesia Sesungguhnya’ dan diperuntukkan bagi usia 21 tahun keatas, tak ada unsur cerita politik didalamnya sama sekali. Jadi tak ada sama sekali keterkaitannya dengan rekam jejak Soeharto dan juga keluarga besar Cendana.
Film yang di direct secara cut to cut ini justeru sarat dengan pernyataan-pernyataan filosofis tentang bagaimana menyikapi hidup di zaman yang penuh dekadensi moral serta intrik-intrik kriminalitas terkait prostitusi, narkoba, dan pengiriman TKI ilegal. Dan diperkuat lewat akting yang dimainkan oleh tokoh tokohnya seperti Darmogandul (Panji Addiemas), Gatoloco (Eko Xamba), Pinuntun (Dolly Martin), dan Mbah Mangun (Otig Pakis) serta pemeran Utusan (Ananda George) yang mencuri perhatian.
“Darmogandul pun harus berhadapan dengan gerombolan Gatoloco, kaki tangan Saladin (Sultan Saladin). Tetapi kekuasaan dan jaringan kejahatan Saladin ( yang meliputi prostitusi, narkoba dan pengiriman TKI ilegal), ternyata tidak sesederhana yang difikirkan. Ada kelompok penjahat yang terorganisir yang menjadi bagian dari mata rantai organisasi global, yang tengah diciptakan grand design nya untuk menjadikan Saladin sebagai penguasa melalui politik yang dibangunnya. Namun bisa digagalkan sang Darmogandul”, demikian diceritakan dalam sinopsisnya.
Secara strategik film yang menggunakan idiom Enak Tho Zamanku, Piye Kabare di tahun politik saat ini, cukup berhasil membuat penasaran siapa pun ingin menontonnya. Namun secara filosofis, penggarapan dan kemasannya jelas ini kental dengan warna satire sosial masyarakat Indonesia sesungguhnya. Sebuah film yang penuh dengan perenungan.
(tjo; foto defilm