SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Di tengah derasnya isu geopolitik global dan memanasnya konflik Israel-Palestina, ada satu acara di Senayan yang menarik perhatian: Dialektika Demokrasi. Acara ini diselenggarakan oleh Koordinatoriat Wartawan Parlemen bekerja sama dengan Biro Pemberitaan DPR RI, mengangkat tema: “Mengenang Kesederhanaan Paus Fransiskus, Gong Bapak Suci untuk Perdamaian Israel-Palestina.”
Dalam forum tersebut, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono, tampil mengulas betapa pentingnya sosok Paus Fransiskus dalam memaknai diplomasi — yang bukan dengan kekuatan militer, tapi lewat simbol, empati, dan kesederhanaan.
“Saya baca terakhir, Paus hanya meninggalkan kekayaan tidak lebih dari 100 dolar AS,” ujar Dave.
“Itu bukti bagaimana beliau benar-benar berpegang teguh pada sumpah kesederhanaannya,” tambahnya, seakan memberi sindiran halus ke gaya hidup elite yang lebih memilih pamer dibanding pesan damai.
Paus bahkan menolak mobil mewah saat di Jakarta. Ia hanya menggunakan Zenix putih, katanya, sambil Mercy S-Class pengawal berjajar di belakang. Kalau bukan satire hidup nyata, entah apa lagi.
Konflik, Perdamaian, dan Keprihatinan Lokal
Dave tak hanya berbicara tentang konflik Timur Tengah. Ia menyentil juga konflik dalam negeri, seperti di Papua. Ia menyoroti bahwa konflik panjang jarang benar-benar usai.
“Ketua Komnas HAM asli Papua saja masih bisa ditembakin OPM saat menjalankan tugasnya,” ungkap Dave.
Ia membandingkan konflik Israel-Palestina dan Papua sebagai dua hal yang tak bisa “apple to apple”, tapi tetap relevan dalam menggambarkan betapa rumit dan berlapisnya jalan menuju perdamaian.
Presiden Prabowo, kata Dave, sudah menawarkan solusi kemanusiaan: menampung sementara para pengungsi sebagai bagian dari “healing process.” Istilah milenial masuk meja diplomasi.
Dialog Bukan Basa-Basi
Meski realita pahit, Dave tetap optimistis dengan satu senjata: dialog.
“Selama dialog masih terbuka, masih ada peluang, besar atau kecil,” tegasnya.
Semangat Paus Fransiskus, kata Dave, adalah contoh nyata: bahwa suara moral dan nilai kemanusiaan bisa berdampak, meskipun tak punya pasukan tank.
DPR, menurut Dave, juga punya peran penting sebagai jembatan diplomasi. Sejak 2014, ia sudah terlibat di berbagai forum internasional — termasuk menyuarakan diplomasi kemanusiaan di panggung multilateral.
Mengapa Kita Harus Peduli? Karena Harga Sembako
Dave menutup pernyataannya dengan logika yang relatable:
“Setiap konflik di Timur Tengah itu pasti berdampak ke perdagangan global. Barang yang semestinya murah bisa jadi mahal.”
Kalau kamu tiba-tiba merasa pulsa mahal, atau harga minyak goreng bikin mual, mungkin itu karena roket di Gaza lebih aktif dari biasanya.
(Anton)