SUARAINDONEWS.COM, Australia – Australia pada Jumat (16/4/2021) waktu setempat melaporkan kematian pertamanya akibat pembekuan darah terkait vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Regulator negara tersebut mengatakan kematian seorang wanita berusia 48 tahun “kemungkinan” terkait dengan suntikan vaksin tersebut.
Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Sabtu (17/4/2021), Kelompok Investigasi Keamanan Vaksin Australia (VSIG), yang mengadakan pertemuan pada hari Jumat (16/4/2021), menyimpulkan kematian wanita asal New South Wales itu kemungkinan terkait dengan vaksinasi AstraZeneca. Demikian disampaikan Administrasi Barang Terapeutik (TGA) dalam sebuah pernyataan.
“Dengan tidak adanya penyebab alternatif untuk sindrom klinis, VSIG percaya bahwa hubungan kausatif dengan vaksinasi harus diasumsikan saat ini,” kata TGA.
TGA menyatakan, ini adalah kasus ketiga dari pembekuan darah langka yang terkait dengan vaksin AstraZeneca di Australia, dengan dua pasien lainnya telah sembuh.
Wanita berumur 48 tahun itu meninggal empat hari setelah menerima vaksinasi. TGA mengatakan kasusnya diperumit oleh kondisi medis bawaan, termasuk diabetes.
Sebelumnya diberitakan, isu pembekuan darah ini telah membuat Denmark menjadi negara pertama di dunia yang secara permanen berhenti menggunakan vaksin AstraZeneca.
Otoritas Kesehatan Denmark pada hari Rabu (14/4/2021) mengumumkan rencana vaksinasi negara itu akan bergerak terus maju tanpa vaksin AstraZeneca karena kemungkinan kaitannya dengan kasus pembekuan darah.
“Berdasarkan temuan ilmiah, penilaian kami secara keseluruhan adalah ada risiko nyata efek samping yang parah terkait dengan penggunaan vaksin COVID-19 dari AstraZeneca,” kata Soren Brostrom, direktur umum Otoritas Kesehatan Denmark, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari laman Channel News Asia.
“Karena itu kami memilih untuk melanjutkan program vaksinasi untuk semua kelompok sasaran tanpa vaksin ini,” ujarnya lagi.
Denmark adalah negara pertama yang menangguhkan penggunaan semua vaksin AstraZeneca pada bulan Maret lalu karena masalah keamanan dan diikuti oleh beberapa negara Eropa lainnya, beberapa di antaranya telah mulai menggunakan kembali vaksin AstraZeneca dalam program imunisasi COVID-19.
Komite keamanan European Medicines Agency (EMA) beberapa waktu lalu menyimpulkan bahwa pembekuan darah yang tidak biasa dengan trombosit darah rendah harus terdaftar sebagai efek samping yang sangat langka dari vaksin AstraZeneca, tetapi tetap merekomendasikan penggunaannya karena manfaatnya lebih besar daripada risikonya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga merekomendasikan negara-negara untuk terus menggunakan vaksin AstraZeneca.
Sumber: Detik