SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Panggung dunia kembali bergetar. Kali ini, dua raksasa global, Amerika Serikat (AS) dan China, sedang unjuk kekuatan di kawasan paling panas abad ini: Laut China Selatan hingga Selat Taiwan. Bukan sekadar latihan biasa, ini adalah pamer kekuatan skala dewa yang bikin banyak negara ketar-ketir dan penasaran: siapa sebenarnya yang paling kuat?
Amerika: Raja Militer Dunia yang Tak Kenal Lelah
Kalau bicara soal dominasi militer, Amerika Serikat tak perlu basa-basi. Negara ini udah kayak CEO-nya kekuatan militer global, dengan ratusan pangkalan militer yang tersebar dari Eropa, Asia, Afrika, hingga Timur Tengah. Di setiap sudut dunia, ada bendera AS yang berkibar bersama barak, jet tempur, hingga kapal induk raksasa.
Gaya militer AS itu full frontal. Mereka datang, bangun pangkalan, dan tinggal lama. Mulai dari lapangan udara, pelabuhan laut, gudang senjata, sampai kompleks perumahan tentara—semua disiapkan secara permanen, sering kali di negara sekutu atau yang ‘teman baik’.
Menariknya, bukan cuma fasilitas militer serius yang masuk daftar Pentagon. Lapangan golf, taman, bahkan tempat rekreasi juga dicatat. Iya, serius. Tentara juga butuh healing, kan?
China: Si Pendatang Baru yang Diam-Diam Mengerikan
Jangan remehkan ketenangan China. Negara ini mungkin belum seagresif AS dalam hal jumlah pangkalan, tapi ambisi mereka sudah jelas terlihat. Sejak 2017, China mengoperasikan satu pangkalan militer resmi di Djibouti, Afrika Timur. Tapi kabar burung—yang makin nyaring—bilang mereka lagi ngincer banyak lokasi strategis lain: Kamboja, Pakistan, Bangladesh, hingga Kuba.
China bermain cerdas. Mereka menyusup lewat jalur ekonomi, lewat program Belt and Road Initiative (BRI), lalu perlahan membangun jejak militernya. Bukan cuma soal pasukan dan logistik, tapi juga soal pengumpulan intelijen dan pengawasan digital. China bukan cuma pasang kaki, tapi juga pasang mata dan telinga.
Saat ini, China punya lebih dari 150 fasilitas militer besar di dalam negeri dan sekitar 6 lokasi luar negeri yang diduga kuat beroperasi sebagai pangkalan militer. Meski jumlah personel luar negerinya “hanya” sekitar 3.000–5.000 tentara, bukan berarti mereka remeh. Karena bagi China, sedikit yang tersembunyi bisa lebih mematikan daripada banyak yang terang-terangan.
Djibouti: “Apartemen Mewah” bagi Tentara Dunia
Kalau dunia punya rumah kos elite untuk tentara, Djibouti jelas jadi alamat utamanya. Terletak di Selat Bab-el-Mandeb yang vital untuk perdagangan global, kota kecil ini menjadi rumah bersama untuk tentara dari tujuh negara—termasuk AS dan China yang saling tatap-tatapan tajam dari seberang pagar.
Djibouti adalah panggung kecil dengan drama besar. Dengan posisinya yang super strategis, tak heran jika dua kekuatan militer terbesar di dunia sama-sama ngotot bertahan di sini.
Amerika vs China: Siapa Lebih Hebat?
AS saat ini masih jadi juara bertahan:
- 800+ pangkalan militer aktif di luar negeri
- 169 ribu personel aktif tersebar di berbagai benua
- Pangkalan terbanyak ada di Jepang: 14 lokasi, 53 ribu tentara
Tapi China mulai merangkak naik:
- 1 pangkalan luar negeri resmi, 5 dugaan kuat lainnya
- >150 fasilitas domestik
- Perlahan menggeser pengaruh lewat ekonomi dan teknologi militer
Akankah Dua Kekuatan Ini Bentrok?
Belum tentu. Banyak analis menilai bahwa langkah China bukan untuk memancing konfrontasi langsung, melainkan memperluas pengaruh dan logistik, terutama untuk operasi non-tempur seperti bantuan kemanusiaan dan pengamanan jalur perdagangan. Tapi… dunia tetap waspada. Karena satu gerakan salah bisa bikin percikan kecil berubah jadi api besar.
Dunia Sedang Bernapas Tertahan
Amerika dan China sedang main catur di atas lautan, dan setiap langkah mereka mengguncang papan dunia. Entah siapa yang akan unggul, yang pasti—semakin sering mereka pamer otot di Laut China Selatan dan Selat Taiwan, dunia akan makin sering mengecek berita… sambil berharap semuanya tetap cuma adu gaya, bukan adu senjata.
(Anton)