SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Di balik suara lembut yang lantang melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, tersimpan kisah keteguhan hati seorang siswi MTsS Pembangunan UIN Jakarta bernama Zafira Qurratuaini. Pada ajang Jakarta Madrasah Competition (JMC) 2025, Zafira berhasil meraih Juara 1 Musabaqah Hifzil Qur’an (MHQ) tingkat MTs bidang Keagamaan — sebuah prestasi gemilang yang lahir bukan hanya dari hafalan kuat, tetapi juga ketulusan hati dan kesabaran luar biasa.
Disiplin, Konsisten, dan Penuh Makna
Setiap hari, Zafira menjaga hafalannya di juz 29 dan 30 dengan rutinitas yang disiplin. Ia menambah hafalan baru (ziyyadah) sebanyak dua hingga empat halaman setiap kali, serta melakukan murojaah atau pengulangan hafalan dua hingga tiga juz per hari.
“Kita harus ngerti apa yang kita hafalin, ngerti inti dari ayatnya. Kalau cuma cepat baca, belum tentu bisa lama hafalnya,” ujar Zafira dengan senyum lembut.
Ketertarikannya terhadap hafalan Al-Qur’an telah tumbuh sejak duduk di kelas 6 SD, berawal dari sosok guru tahfidz yang memberinya motivasi kuat. Sejak saat itu, ia menanamkan tekad besar: menuntaskan hafalan seluruh juz Al-Qur’an saat menempuh pendidikan di MTs.
Persiapan Menjelang Lomba
Menjelang perlombaan JMC 2025, Zafira berlatih dengan penuh kesabaran. Ia mengulang bacaan berkali-kali untuk memastikan kekuatan hafalannya.
“Persiapannya ngulang bacaan berkali-kali. Nggak bisa buru-buru, karena hafalan itu bukan soal cepat, tapi soal kuat memahaminya,” ungkapnya.
Dukungan penuh juga datang dari kedua orang tuanya, yang akrab ia panggil Umi dan Abi.
“Umi Abi selalu bilang kalau semua pencapaian ini bukan titik akhir. Mereka memotivasi aku ikut lomba biar hafalanku makin kuat,” tutur Zafira haru.
Kisah Menggetarkan: Ujian di Balik Cahaya
Di balik prestasinya, tersimpan ujian besar yang justru menguatkan langkahnya. Saat duduk di kelas 5 SD, Zafira mengalami peradangan saraf mata akibat infeksi virus di masa pandemi. Kondisi itu membuat penglihatannya terbatas hingga kini. Namun ia tidak pernah berputus asa.
“Aku nggak pernah marah sama Allah. Aku yakin kasih sayang Allah banyak banget buat aku. Penglihatanku mungkin diambil, tapi Allah yang jaga aku,” tuturnya pelan namun penuh keyakinan.
Hidup Bersama Al-Qur’an
Bagi Zafira, menghafal Al-Qur’an bukan sekadar prestasi, melainkan jalan hidup yang menuntun jiwa.
“Menghafal Al-Qur’an itu penting dalam hidup. Allah sebutkan dalam Al-Qur’an, penghafal Qur’an itu mendapat keistimewaan. Aku yakin orang yang hidup bersama Al-Qur’an, hidupnya lebih terjaga,” ucapnya penuh makna.
Menutup kisahnya, Zafira menyampaikan rasa terima kasih kepada para guru yang telah mendidik dan membimbingnya.
“Terima kasih untuk semua guru yang sudah mendidik aku. Semoga Allah selalu menjaga dan membalas kebaikan mereka. Ilmu dari mereka sangat bermanfaat untuk aku,” ujarnya tulus.
Cahaya yang Tak Pernah Padam
Di tengah keterbatasan fisik, Zafira Qurratuaini membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kesempurnaan, melainkan pada hati yang senantiasa berpegang pada kalam Allah. Dalam setiap lantunan ayat suci yang ia baca, tersimpan keyakinan bahwa cinta dan penjagaan Allah adalah cahaya yang tak pernah padam.
(Anton)