SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Wakil Ketua MPR Mahyudin mengakui membangun daerah perbatasan banyak kendala. Seperti di Pulau Sebatik ada wilayah yang diperuntukan untuk kawasan hutan sehingga tak bisa membangun pabrik CPO. Akibatnya petani sawit menjual produknya ke Malaysia.
“Dari sinilah akhirnya Malaysia yang mendapat keuntungan,” kata Mahyudin saat membuka diskusi buku berjudul ‘Suka Cita Mengabdi Di Perbatasan’ di Gedung MPR RI Jakarta, Selasa (6/3/2018).
Kondisi faktual tersebut menurut Mahyudin harus diselesaikan. Dia menyarankan agar daerah perbatasan dibangun sebagai kawasan ekonomi khusus. Ini dilakukan untuk menjaga dan merawat NKRI. “Tak boleh sejengkal tanah pun hilang dari NKRI,” katanya lagi.
Meski pembangunan perbatasan masih ada kendala namun, politisi Partai Golkar itu bersyukur pemerintah saat ini tengah giat membangun perbatasan. Ia mencontohkan pembangunan perbatasan di Kalimantan Barat, Entingkong, Indonesia kalah bagus dengan Malaysia. “Namun saat ini, setelah pembangunan dilakukan, Indonesia menjadi lebih bagus. Sekarang kita lebih bagus,” katanya.
Mengabdi di perbatasan diakui Mahyudin, ada suka dan duka. Karena itu dia berharap lebih banyak sukanya meski fasilitas di perbatasan diakui banyak kesulitan. “Yang mau bertugas di perbatasan pasti menyukai pengabdian dan pekerjaan,” katanya.
Orang yang mencintai pekerjaan pasti akan menikmati bila bertugas di perbatasan. Dia menyontohkan perbatasan bagian Malaysia disebut lebih bagus sehingga masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, berbelanja kebutuhan sehari-hari ke Malaysia. “Uang yang beredar di daerah perbatasan pun ringgit,” ujarnya.
(Bams/EK; Foto: B.T. Prasetyo