SUARAINDONEWS.COM, Bone-Upacara adat Mattompang Arajang yakni berupa pencucian benda pusaka kerajaan yang digelar di Museum Arajange, Rumah Jabatan Bupati Bone, sekaligus menyambut Hari Jadi Bone ke-688 di Sulawesi Selatan, yang mengusung tema mempererat persatuan dan kesatuan.
Ritual ‘Mattompang Arajang’ merupakan rangkaian acara inti di setiap perayaan Hari Jadi Bone ini. Pelaksanaannya dianggap sakral, yang mana prosesi doa pun dipimpin oleh sejumlah Bissu, pemuka agama Bugis lelaki yang bersifat perempuan. Dalam proses pencuciannya menggunakan jeruk nipis dan air yang diambil dari 7 lokasi berbeda.
Ritual adat pencucian pusaka seperti keris, parang, dan berbagai benda antik lainnya ini setiap tahun dilaksanakan. Namun, kali ini pemerintah bersama Dewan Adat mengundang sejumlah tamu kehormatan dari berbagai kerajaan di Nusantara dan luar Negeri.
Sedikitnya 31 Raja-Raja Nusantara hadir dan berharap dalam perayaan kali ini, Bone bisa dikenal lebih luas dunia dan membuktikan sejumlah peninggalan kerajaan yang masih ada di museum ini, demikian diungkapkan Andi Promal.
Adapun Raja, Ratu dan tokoh budaya yang menghadiri upacara Adat Mattompang Arajang antara lain Panembahan Agung Tedjowulan (Maha Menteri Kasunanan Surakarta Hadiningrat/Ketua Agung MARS Indonesia); YM Harri Ikhlas Majolela Sati, (Raja Minangkabau/Sekretaris Jenderal Agung MARS Indonesia); Sultan Aji M Andrian Sulaiman (Kesultanan Paser Kalimantan Timur); Rheindra J Wiroyudho Alamsyah (Ketua Umum Matra); Pangeran Raja Adipati Arief Natadininggrat (Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon); Arena Jr Parampasi (Raja Palu); Agung Ngurah Ugrasena dan Permaisuri (Raja Puri Agung Singaraja Buleleng Bali).
Lalu Upu latu ML Benny Ahmad Samu Samu (Raja Samu Samu); Aji Bambang Kusuma (Kesultanan Gunung Tabur Kalimantan Timur); Datu Dissan Maulana (Kesultanan Bulungan); Pangeran Syah (Brunei Darussalam); Anakia Endri Tekaka (Putra Mahkota Raja Laiwoi Kendari); Tengku Sahwal Azis (Singapura); Raja Sabri Palakka (Singapura); Seppi Uyo (Papua); Cristomus Wamuar (Papua); Elia Merahabia (Papua); Kaisar Raja Bana Naineno II, (Kerajaan Oenun Mutis/Bimomi Meomafottu-Timor-NTT); Sultan Bangsa-Sultan Gulamatsyah II (Kesultanan Muko Muko Bengkulu).
Disamping hadir pula, Pangeran Nata Adiguna Mas’ud Thoyib Jayakarta Adiningrat (Kedaton DKI Jakarta) Fadlan Maalip; SKM Tuanku Bosa Talu XIV (Pasaman Barat Sumatera Barat); Tan Sri Dato Mujeebudeen (Presiden Kelab Bnau Malaysia); Raja Amanatun Don Kusa BanunaekRex Sumner (tokoh budaya Kerajaan Inggris); Sultan Ratu Bagus Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja (Kesultanan Banten); Nouhoum Fofana, Luciana (Tokoh Pemuda Adat Mali Afrika Barat); M Nizar Yang Dipertuan Agung (Kerajaan Gunung Sahilan Rantau Kampar Kiri. Prov Riau); Tengku Tresneidy (Kerajaan Gunung Sahilan Rantau Kampar Kiri Prov Riau.); Jhonny Za, Rajo Johan (Bendahara MARS Indonesia); Ida Dalem Smaraputra (Raja Kakungkung) dan Lalu Muh Putria (Kerajaan Silaledeng Lombok).
Indonesia adalah kesatuan dari kerajaan-kerajaan yang ada di nusatara, tradisi dan para raja tradisional masih terjaga. Raja-raja nusantara di hadir di Bone pada ritual cuci benda pusaka.
(gha; foto rie