SUARAINDONEWS.COM, Badung – UNESCO menyebut berbagi ilmu pengetahuan dan menggunakan ilmu pengetahuan secara terbuka menjadi salah satu upaya yang dapat mendukung percepatan inisiatif peringatan dini terhadap peristiwa iklim atau The Early Warnings for All Initiative (EW4AII).
“Kita perlu berbagi pengetahuan antar negara, institusi, akademis, bahkan dengan sektor swasta karena mereka memberikan tanggapan dan solusi, sebagian besar adalah solusi teknis dan infrastruktur,” kata Asisten Direktur Jenderal Ilmu Pengetahuan Alam UNESCO, Lidia Arthur Brito dalam forum High Level Panel World Water Forum 2024, di Bali, Senin (20/5/2024).
Bila antar negara tidak bisa bekerja sama dalam kerangka sains terbuka atau berbagi ilmu pengetahuan, lanjutnya, maka masing-masing negara tidak benar-benar menggunakan pengetahuan terbaik yang miliki.
“Dan tentu saja kecerdasan buatan. Kita tahu bahwa banyak sistem peringatan dini yang ada saat ini dapat didukung oleh kecerdasan buatan,” ucap Brito.
UNESCO sendiri disebut Brito sedang mempercepat implementasi Open Science in Water Sciences yang merupakan sebuah platform yang menyediakan akses terbuka, data terbuka, dan sumber perangkat lunak sumber yang digunakan dalam pengurangan risiko bencana melalui jaringan dan sistem informasi air, yang kami sebut IHP-WINS.
Lebih lanjut Brito menuturkan bahwa program ekologi antar pemerintah yang didukung oleh negara-negara anggota dengan alat-alat canggih untuk pengelolaan data air dan pembelajaran terbuka kecerdasan buatan dapat melaju dengan pesat.
Alat-alat canggih tersebut juga dapat digunakan secara luas dalam sistem peringatan dini dan langkah-langkah pengurangan risiko bencana di dunia.
UNESCO juga mengatur etika penggunaan AI dalam sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan bencana. Hal tersebut untuk memastikan bahwa penggunaan kecerdasan buatan tersebut digunakan secara etis dan tidak melakukan diskriminasi lebih jauh yang akan semakin memperbesar dampak risiko bencana.
“Sehingga penting juga bagi UNESCO untuk mengupayakan hal tersebut, memastikan bahwa ketika kita menggunakan AI, kita berkomitmen untuk menggunakan AI secara bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana sehingga kita tidak mendiskriminasi orang-orang yang tidak memiliki AI,” jelas Brito. (ANT)