SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Dalam kasus ini, Anis kembali menunjukkan watak seorang pemimpin sejati. Ia menanggapi dengan santai, dan memaafkan atas ” kelalaian” Kompas. Bagi Anis, tak perlu heran, toh selama ini ia sudah kenyang dengan tekanan, fitnah, hinaan, bulian tak berkesudahan.
Realitas ini tentu sangat bertolak belakang dengan iklim politik. Perbedaan pendapat, kritik terhadap penguasa atau lawan politik kerab berujung pada tindakan kriminalisasi membungkam para pengkritik.
Meski tidak berujung pada soal gugat menggugat, atau kriminalisasi. Namun kelalaian Kompas itu, menimbulkan reaksi cukup keras diruang publik. Dianggap bukan kelalaian biasa. Tapi suatu kesengajaan. Seolah, secara terselubung, Kompas dianggap media mengusung agenda islamophobia. Aksi dan reaksi dalam opini publik semacam itu, merusak iklim toleransi dan demokrasi. Kompas dan media lainnya memikul tanggung jawab dan menjunjung kode etik jurnalism. Ikut menciptakan fairnes dalam kontestasi politik pilpres 2024.
Orkestra untuk menghambat Anis maju RI I sudah menjadi rahasia umum. Bahkan bisa dianggap, sudah diluar akal sehat dan jauh dari keadaban. Apa saja yang bisa mendongkrak popularitas Anis harus diamputasi. Mulai dari soal formula E, penggunaan JIS, dan lain sebagainya . Dan ini sebuah signal, betapa sebagian para elit politik strategis (Olighart) di negeri ini mengidap penyakit jiwa. Karena keserakahan, tamak dan phobia. Anis dipandang sebagai kekuatan yang mengancam establismen dan kejahatan para aktor negara dan pebisnis gelap. Dan yang sangat mencengangkan rencana busuk itu, terungkap dalam kasus spetakuler yang kini sedang dalam penyelidikan.
Dibalik framing Kompas dan bulian kepada Anis, justru membuka mata publik akan sosok Anis Baswedan. Tanpa sengaja, ini menjadi momen uji kapasitas kepemimpinan Anis. Semakin menunjukkan, Anis bukan hanya seorang pemimpin biasa. Tidak berlebihan, boleh dikata, ia telah memainkan peran sebagai guru bangsa. Sebagaimana karakter para founding fathers. Ia tidak mengumbar tedensi politik, apalagi kebencian sesama anak bangsa, karena perbedaan agama, ras suku, etnik, daerah dan bahasa.
Dalam suatu kesempatan saya diundang oleh penerbit, sebagai pembahas buku, berjudul ” Saya muslim, saya nasionalis”. Kumpulan karangan, artikel Abdurahman Baswedan, kakeknya Anis Baswedan. Buku yang diedit oleh Lukman Hakim, penulis senior, menggambarkan sepak terjang sang kakek Anis Baswedan. Beliau dikenal sebagai seorang Jurnalis, politisi, diplomat. Pergaulannya, lintas etnis, suku dan agama. Pernah menjadi menteri muda Penerangan dari partai Masyumi.
Secara singkat saya bisa mengungkapkan apa kandungan isi buku tersebut. Pemikiran dan tindakan Abdurahman Baswedan, sang kakek itu, terpancar pada sosok pribadi Anis. Itulah kesan dan bacaan saya terhadap dua sosok tokoh. Baswedan senior dan yunior. Tidak hanya relegius, cerdas, santun, jiwa besar, inklusif, demokratis juga beradab.
Menengok beberapa negara yang berhasil keluar dari otoritarian dan transis ke demokrasi peranan elit politik sangat menentukan. Pengalaman demokrasi di Indonesia, hanya bisa berkembang dibawah kepemimpinan dan sosok pemimpin cerdas, punya kapasitas, toleran, inklusif, relegius, berintegritas, pro keadilan dan beradab.
Nah karena itu, jejak rekam sang pemimpin itu harus bisa ditelusuri dan terkonfirmasi. Ibarat pepatah, “tidak membeli kucing dalam karung”. Jika tidak, bangsa itu akan tersandera, karena salah pilih pemimpin. Harap pengalaman buruk ini tidak terjadi di negeri ini, yang sedang menghadapi krisis multidimensi.
Proposisi demokratisasi di Indonesia semakin realistis dan optimistik. Tetapi, harus diuji berlaku kepada siapa saja, yang akan maju sebagai calon Pilpres. Apakah layak ???
Dari jejak rekam bisa ditelusuri, sosok dan kepemimpinan Anis selama memimpin Propinsi DKI daerah khusus Ibu Kota negara, berpeluang bagi Indonesia akan menjadi negara demokrasi besar dan maju. Notabene negara mayoritas muslim terbesar di dunia, sekaligus negara demokrasi ketiga dunia setelah Amerika dan India.
Meski harapan publik kepada Anis Baswedan begitu besar, para simpatisan, apalagi pendukung, sikap kritis harus dihadirkan untuk mengawal sikap dan langkah Anis menuju RI satu. Agar ia tidak tercerabut dari akar rumputnya. Pemimpin yang mempresentasikan kedaulatan rakyat. Sosok pemimpin genuin, berintegritas. Mampu menegakkan keadilan, yang sudah jadi barang langka di negeri ini. Wallahu alam bisawab.
Penulis : TB.Massa Djafar, Dosen Pascasarjana Unas dan Sekjen DPP Masyumi.