SUARAINDONEWS.COM, Garut — Pesta rakyat yang digelar dalam rangkaian pernikahan anak Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berubah menjadi duka mendalam. Ribuan warga memadati Pendopo Kabupaten Garut untuk menghadiri acara makan siang gratis yang disediakan untuk umum, namun insiden kepadatan massa berujung maut menelan tiga korban jiwa dan puluhan luka-luka.
Acara tersebut merupakan bagian dari prosesi pernikahan Maula Akbar Mulyadi dan Karlina Putri, yang digelar meriah dengan mengundang warga secara terbuka. Namun pada Jumat siang, sekitar pukul 11.30 WIB, lautan manusia membludak melewati satu-satunya gerbang masuk ke area makan yang lebarnya hanya sekitar tiga meter. Desakan dan dorongan tidak terkendali menyebabkan banyak warga terjatuh, pingsan, bahkan terinjak-injak.
Tiga orang meninggal dunia dalam insiden tersebut, yaitu:
- Vania Aprilia (8 tahun), warga Sukamentri, Garut
- Dewi Jubaedah (61 tahun), warga Jakarta Utara
- Bripka Cecep Saeful Bahri (39 tahun), anggota Polres Garut
Selain korban tewas, lebih dari 25 orang dilaporkan pingsan dan mengalami luka-luka. Mereka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis. Beberapa masih dirawat intensif akibat sesak napas dan trauma.
Menurut laporan lapangan dari pihak kepolisian dan saksi mata, kerumunan mulai tak terkendali karena warga yang datang jumlahnya jauh melampaui kapasitas area pendopo. Hanya terdapat satu pintu gerbang setinggi empat meter yang dibuka sebagian, membuat warga harus berebut masuk ke dalam lokasi.
Desakan ini semakin parah karena kurangnya pengaturan antrian dan pengamanan di titik masuk utama. Warga dari berbagai daerah datang sejak pagi demi mencicipi makan gratis dan hiburan rakyat yang sebelumnya telah diumumkan secara terbuka.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyampaikan permohonan maaf secara terbuka atas insiden ini. Ia mengaku tidak mengetahui secara rinci teknis penyelenggaraan acara makan siang tersebut.
“Saya sangat berduka dan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban. Kami akan bertanggung jawab sepenuhnya dan memberikan santunan sebesar Rp150 juta untuk masing-masing keluarga korban meninggal dunia,” ujar Dedi dalam pernyataannya kepada media.
Dedi juga membatalkan seluruh rangkaian hiburan malam yang sebelumnya dijadwalkan di lokasi yang sama, sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban.
Sementara itu, pihak Polres Garut dan Polda Jawa Barat telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan sedang menyelidiki aspek keamanan acara, termasuk tanggung jawab panitia dan sistem pengendalian massa. Dugaan kelalaian dalam pengaturan akses serta kurangnya jalur evakuasi menjadi perhatian utama.
Peristiwa ini menuai sorotan luas dari masyarakat dan media, yang mempertanyakan kesigapan aparat dalam mengamankan acara berisiko tinggi yang terbuka untuk umum. Banyak yang menyayangkan bahwa acara berskala besar ini tidak diimbangi dengan perencanaan teknis yang memadai, terutama terkait manajemen kerumunan.
Para tokoh masyarakat dan netizen juga menyampaikan bela sungkawa dan menyuarakan pentingnya evaluasi terhadap kegiatan publik yang melibatkan ribuan massa, terlebih jika digelar oleh pejabat daerah.
Tragedi ini menjadi pelajaran pahit bahwa niat baik berbagi kebahagiaan kepada rakyat harus dibarengi dengan kehati-hatian dan tanggung jawab yang tinggi. Aparat keamanan dan panitia penyelenggara harus memastikan keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan publik. Keluarga korban berharap kejadian serupa tak terulang, dan pesta rakyat benar-benar menjadi pesta yang menyenangkan, bukan meninggalkan luka.