SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – The Yudhoyono Institute (TYI) resmi meluncurkan video musik berjudul “Save Our World” pada Selasa malam di Ballroom Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat. Karya kolaboratif ini digagas oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama 35 musisi lintas generasi dalam upaya menyuarakan kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan.
Acara dipandu oleh Gita Wirjawan, yang dikenal sebagai mantan Menteri Perdagangan dan figur publik dengan latar belakang kuat di dunia musik, pendidikan, dan diplomasi.
Seni sebagai Jembatan Komunikasi
Dalam pemaparannya jelang acara, SBY menegaskan:
“Saya memang aktif di dunia seni—baik musik, lukisan, maupun puisi. Melalui seni, komunikasi bisa melampaui sekat-sekat psikologis yang sering kali muncul jika kita bicara dari posisi politik.”
Menurutnya, pesan-pesan penting seperti pelestarian lingkungan akan lebih mengena jika disampaikan lewat medium yang menyentuh hati.
“Kalau kita menyampaikan ajakan melalui puisi, lagu, atau lukisan, itu jauh lebih efektif. Narasi sangat penting, dan saya kira para pemimpin dunia tak boleh berhenti menyuarakan ini—termasuk para duta besar, bukan hanya Sekjen PBB,” tambahnya.
Alarm Krisis Iklim dan Ajakan Bertindak
SBY menyuarakan kekhawatirannya terhadap ketidakseriusan sebagian pemimpin dunia dalam menghadapi perubahan iklim.
“Saya cemas kalau kita terlambat menyadari, terlambat bertindak. Kalau ada pemimpin yang anggap isu perubahan iklim itu hoaks atau tak penting, saya kira itu tidak bertanggung jawab.”
Ia juga mengingatkan bahwa jika suhu bumi terus naik dan melewati ambang 1,5 derajat Celcius, maka masa depan generasi mendatang berada dalam bahaya.
“Kalau semua jalan seperti biasa, walau ada sedikit perbaikan, itu tetap tidak cukup. Harus ada big push—dorongan besar yang dilakukan bersama,” ujarnya.
Persatuan Moral: Tanggung Jawab Bersama
Menurut SBY, penyelamatan bumi bukan hanya tanggung jawab para ahli atau kementerian lingkungan hidup semata. Semua pihak, dari pengambil kebijakan hingga masyarakat sipil dan individu, harus ikut bergerak.
“Semua elemen negara harus bekerja. Tidak boleh hanya bergantung pada ahli lingkungan. Mulai dari diri sendiri. Kita semua punya tanggung jawab moral,” ucapnya.
Evolusi Lagu “Save Our World”
Lagu “Save Our World” merupakan versi ketiga dari karya awal SBY yang berjudul “Untuk Bumi Kita”, yang pertama kali diciptakannya di Oslo pada 2010. Lagu itu sempat diaransemen ulang dan dinyanyikan dalam versi bahasa Inggris oleh musisi Amerika, dengan fasilitasi dari Peter F. Gontha. Kini, lagu tersebut hadir dengan aransemen baru oleh Tokpati dan dinyanyikan oleh 35 penyanyi Indonesia dari berbagai generasi.
“Sebetulnya banyak musisi yang ingin bergabung, tapi waktunya tidak pas. Tapi 35 musisi yang terlibat sudah cukup mewakili suara seniman Indonesia yang peduli pada perubahan iklim dan ingin bersuara ke dunia,” kata SBY.
Sejumlah penyanyi yang terlibat dalam proyek ini antara lain Vina Panduwinata, Sandhy Sondoro, Joy Tobing, Novia Bachmid, dan beberapa penyanyi senior seperti mendiang Titiek Puspa, Ernie Djohan, Titiek Sandhora, dan Ita Purnamasari. Kolaborasi ini merepresentasikan kekuatan lintas generasi dalam menyuarakan isu lingkungan melalui musik.
Harapan Aksi Nyata
SBY menutup komentarnya dengan harapan agar karya ini bisa menjadi pemicu aksi nyata.
“Kami ingin tidak hanya berkata, tapi juga berbuat. Dunia sedang menghadapi ujian, dan hanya dengan kebersamaan kita bisa melewatinya. Save Our World bukan sekadar lagu, tapi ajakan untuk bertindak.”
Tokoh-Tokoh Terkemuka Hadir
Acara peluncuran turut dihadiri sejumlah tokoh nasional, termasuk pengusaha Chairul Tanjung bersama istri, Anita Ratnasari. Hadir pula Direktur Eksekutif TYI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), serta Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya.
Peluncuran video musik “Save Our World” menjadi momentum penting dalam menyuarakan isu perubahan iklim melalui kekuatan seni. Melalui kolaborasi SBY dan 35 musisi lintas generasi, pesan moral ini diharapkan menggugah semua lapisan masyarakat untuk bertindak nyata demi keberlangsungan bumi.
(Anton)