SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Sampoerna University bersama Badan Eksekutif Mahasiswa kembali menggelar TEDxSampoernaUniversity untuk kelima kalinya untuk menciptakan ruang bagi generasi muda dapat berkembang dan berkolaborasi. Acara ini mengusung tema “UpNext” yang bertujuan untuk memotivasi generasi muda dalam mengatasi tantangan yang muncul, serta mengembangkan keterampilan dan pola pikir yang diperlukan untuk bertindak dan mengambil peran aktif dalam menciptakan solusi dan inovasi yang dibutuhkan di masa depan. Diselenggarakan di Teater Salihara, Jakarta, acara ini menghadirkan tujuh pembicara yang telah dikurasi dengan berbagai subtema dari berbagai aspek, seperti Marianne Rumantir (CEO TS Media), Isyana Sarasvati (Musician/Singer), Galih Sulistyaningra (CEO of @smartickindonesia & MA Educational Planning, University College London), dan lainnya.
TEDxSampoernaUniversity 2025 menjadi tahun kelima yang diselenggarakan oleh BEM Sampoerna University, sebagai platform untuk berbagi wawasan, inspirasi, dan gagasan inovatif dalam menghadapi tantangan serta isu sosial yang ada. Tema “UpNext” dipilih sebagai tema penutup dari trilogi tema sebelumnya, yakni “Hindsight” (2023) yang mengajak kita merenungkan masa lalu dan pelajaran yang dapat diambil, “Status Quo” (2024) yang fokus pada pemahaman kondisi dan tantangan saat ini, dan “UpNext” (2025) menatap masa depan dengan antisipasi, mempersiapkan diri untuk perubahan positif, dan menciptakan peluang baru. Ketiga tema ini menggambarkan perjalanan waktu yang menghubungkan pembelajaran dari masa lalu, realitas masa kini, dan potensi yang akan datang, menginspirasi kita untuk berpikir kritis dan bertindak inovatif demi masa depan yang lebih baik.

Marianne Rumantir, CEO TS Media hadir sebagai salah satu pembicara yang membawakan topik ‘Cultural Connections: Shaping a Global Future’. Sesi ini membahas bahwa di dunia yang semakin terhubung, tradisi dan nilai-nilai budaya memberikan wawasan penting untuk membentuk masa depan yang menjunjung tinggi keberagaman dan persatuan. Marianne juga membagikan pengalamannya setelah bepergian ke luar negeri, mempelajari budaya dan mengadaptasi cara hidup mereka. Juga, menyampaikan pentingnya memanfaatkan media untuk mengedukasi dan mempromosikan cara hidup tersebut kepada komunitas terkait.
“Tantangan terbesar yang kita hadapi dalam budaya modern sekarang adalah sustainability (keberlanjutan) dan hubungan secara digital. Dengan melihat berbagai macam budaya yang ada di luar sana, mempelajari apa tantangan yang kita hadapi sekarang, kita bisa menemukan cara yang lebih inklusif, adaptif, dan efektif untuk masa depan yang lebih baik,” ungkap Marianne.
Dalam konteks ini, Sampoerna University mendukung pandangan Marianne dengan mendorong mahasiswa untuk mengembangkan wawasan global yang kuat, sekaligus tetap menghargai dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal. Melalui berbagai program dan pendekatan berbasis internasional dan inovasi, Sampoerna University berkomitmen untuk menyiapkan para lulusan yang tidak hanya siap menghadapi tantangan dunia global, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang keberagaman budaya dan cara-cara kreatif untuk menjembatani berbagai perspektif tersebut. Dengan pendekatan ini, diharapkan para mahasiswa dapat menjadi pemimpin yang mampu menciptakan solusi berkelanjutan dan inovatif untuk tantangan-tantangan besar yang ada di masa depan.

Pada sesi lainnya, Galih Sulistyaningra, CEO of @smartickindonesia & MA Educational Planning, University College London menyampaikan subtema di bidang pendidikan dengan topik ‘Why Education Needs to be Popularized for The Future’. Materi ini menjadi sangat penting dan relevan untuk dibahas di mana pendidikan yang saat ini didukung media sosial dan teknologi modern dapat membentuk generasi inovator dan pemimpin masa depan.
“Sering sekali saya ditanya, ‘Kenapa memilih jadi guru setelah meraih gelar Magister di luar negeri?’ Wajah mereka selalu sama—bingung, bahkan sedikit kecewa. Pertanyaan ini mencerminkan masalah yang lebih besar, yaitu profesi pengajaran dan pendidikan yang biasanya selalu dianggap remeh. Pendidikan sering dipandang sebagai pilihan kedua, bukan pondasi untuk membangun masyarakat yang maju. Tapi, bagaimana jika saya katakan, persepsi ini justru yang menghalangi kemajuan sejati kita? Pendidikan bukan hanya tentang kesuksesan pribadi. Pendidikan adalah pendorong pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan bahkan revolusi,” jelas Galih.

Sejalan dengan pemikiran tersebut, Sampoerna University melalui Faculty of Education (FoE) berkomitmen untuk mengintegrasikan teori dan praktik dalam pendidikan dengan memanfaatkan teknologi terbaru. Ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa, memberi mereka kesempatan untuk berinteraksi dengan teknologi dan media terkini dalam proses pembelajaran. Dengan pendekatan ini, lulusan diharapkan tidak hanya memahami teori pendidikan, tetapi juga memiliki keterampilan praktis untuk mengimplementasikan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran. Selain itu juga dapat membawa perubahan nyata dalam dunia pendidikan serta menjadi agen perubahan yang mampu menyikapi tantangan dan perubahan yang terjadi di dunia pendidikan global yang semakin terhubung melalui teknologi.
“Kami sangat bangga dengan terselenggaranya acara yang diinisiasi oleh BEM Sampoerna University ini. Berkat persiapan yang matang dan kerja sama tim yang solid, acara ini berhasil dilaksanakan dengan baik. Kami berharap acara ini dapat terus menginspirasi dan menjadi acara yang dinanti-nanti oleh lebih banyak generasi muda setiap tahunnya, serta memberikan dampak positif bagi perkembangan ide dan semangat berkarya,” tutup Marshall Schott, President Sampoerna University.
(Anton)