SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Presiden Prabowo Subianto memilih untuk tidak buru-buru melakukan reshuffle kabinet meski ada sorotan publik terhadap dinamika internal pemerintahan. Menurut Menteri Sekretaris Negara sekaligus Juru Bicara Presiden, Prasetyo Hadi, pendekatan yang diambil Presiden adalah evaluasi dan pembinaan secara berkala.
“Kami semua dihimbau oleh Bapak Presiden agar fokus bekerja untuk masyarakat. Beliau juga mengingatkan agar menghindari pernyataan-pernyataan yang bisa memicu kegaduhan, terutama yang bisa menyinggung masyarakat,”
— Prasetyo Hadi, Mensesneg
Evaluasi Bukan Ditujukan ke Individu Tertentu
Prasetyo menegaskan bahwa arahan Presiden bersifat umum dan merupakan bagian dari evaluasi rutin yang memang sudah jadi mekanisme kerja di kabinet.
“Pak Presiden selalu mengingatkan kami agar bekerja benar demi kepentingan masyarakat. Itu dilakukan secara berkala dan bersifat umum, bukan ditujukan kepada individu tertentu,”
— Prasetyo Hadi
Pelanggaran Komunikasi Tak Langsung Berarti Dicopot
Terkait wacana reshuffle, Prasetyo menyatakan bahwa tidak semua kesalahan komunikasi publik otomatis berujung pada pencopotan jabatan.
“Kalau pun ada menteri yang dinilai melanggar, tidak otomatis akan di-reshuffle. Apa yang disampaikan ke publik belum tentu mencerminkan buruknya kinerja secara keseluruhan,”
— Prasetyo Hadi
Komunikasi Kabinet Terus Diperkuat
Menurutnya, koordinasi dan penguatan komunikasi antar anggota kabinet tetap berjalan secara intensif melalui jalur formal seperti Sekretariat Kabinet, Sekretariat Negara, dan Menteri Koordinator.
“Intinya, Presiden ingin semua pembantu beliau menjaga ritme kerja, komunikasi, dan stabilitas. Evaluasi dilakukan, tapi pendekatannya adalah pembinaan, bukan reaksi cepat,”
— Prasetyo Hadi
Alih-alih langsung mengganti menteri, Presiden Prabowo menekankan pentingnya kerja tim, komunikasi yang baik, dan pembinaan berkelanjutan. Pendekatan ini disebut lebih produktif dalam menjaga stabilitas pemerintahan dan efektivitas pelayanan publik.
(Anton)