SUARAINDONEWS.COM, Sumedang – Dalam rangkaian Festival Cut Nyak Dien “Nada dan Doa, Spirit Cut Nyak Dien untuk Indonesia” kolaborasi MPR RI dengan Pemerintah Kabupaten Sumedang, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal MPR RI, Siti Fauziah, SE, MM, berziarah ke makam Cut Nyak Dien di Komplek Pemakaman Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (13/12/2025). Siti Fauziah didampingi Sekretaris Daerah Pemkab Sumedang, Hj. Tuti Ruswati, S.Sos, M.Si.
Sebelum memanjatkan doa di hadapan makam Cut Nyak Dien, Siti Fauziah mendapat penjelasan dari penjaga makam atau juru kunci makam Cut Nyak Dien tentang sejarah Pahlawan Nasional wanita kelahiran Aceh itu hingga dimakamkan di Sumedang. Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional yang dilahirkan di Aceh tahun 1848.
Selama hidupnya Cut Nyak Dien berjuang di samping suaminya, Teuku Umar, ikut bergerilya keluar masuk hutan melawan penjajahan Belanda di Aceh. Setelah suaminya wafat, Cut Nyak Dien meneruskan perjuangan hingga ditawan Belanda pada 6 November 1905.
Pada tahun 1906, Cut Nyak Dien dalam kondisi buta dan sakit-sakitan diasingkan (dibuang) ke Sumedang (Jawa Barat). Belanda menyerahkan kepada Pangeran Aria Soeryaatmadja (Bupati Sumedang). Karena hanya bisa berbahasa Aceh dan Arab, Bupati Sumedang memanggil Imam Besar Masjid Agung Sumedang K.H. Sanusi.
Cut Nyak Dien kemudian dirawat di rumah KH Sanusi. Kebutuhan sehari-hari dan kesehatan diperhatikan, khususnya oleh cucunya KH Sanusi, Siti Hodijah. Kanjeng Aria Soeryaatmadja kemudian memberi gelar “Ibu Ratu” kepada Cut Nyak Dien. Selama di rumah K.H Sanusi, Cut Nyak Dien mengajar ilmu agama dan mengaji kepada anak-anak dan masyarakat sekitar.
Setelah K.H. Sanusi wafat tahun 1907, perawatan Cut Nyak Dien diteruskan oleh putranya H. Hoesna. Kesehatan Cut Nyak Dien semakin menurun hingga wafat pada usia 60 tahun pada 6 November 1908 dan dimakamkan di pemakaman keluarga K.H. Sanusi.
Usai berziarah, Siti Fauziah mengungkapkan kebanggaannya terhadap perjuangan Cut Nyak Dien yang sangat keras melawan penjajah Belanda. “Kita, para wanita dan srikandi ini sangat bangga terhadap perjuangan Cut Nyak Dien. Dengan ziarah ini kita mengenang beliau. Cut Nyak Dien adalah panutan bagi kita dalam menjalankan keseharian kita,” katanya.
Siti Fauziah menyebutkan Sumedang menjadi kawasan yang membanggakan karena ada makam Cut Nyak Dien. “Sumedang menjadi daerah yang dipilih Cut Nyak Dien, dan ini merupakan satu kebanggaan,” ujarnya.
Usai berziarah, Siti Fauziah menyaksikan gelar “Ekosistem Budaya Kasumedangan” di Mini Amphitheater Geo Theater Rancakalong. Ekosistem Budaya Kasumedangan ini menampilkan ragam kesenian tradisional Sumedang. Pagelaran disaksikan para pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Sumedang.
Dalam pesannya Siti Fauziah mengatakan Ekosistem Budaya Kasumedangan merupakan forum untuk melestarikan budaya daerah Sumedang. “Gelar kesenian tradisional Sumedang ini bisa menginspirasi supaya bisa lebih memperkenalkan budaya daerah Sumedang,” kata wanita pertama yang menjadi Sekretaris Jenderal MPR ini.
Siti Fauziah menekankan pentingnya melestarikan budaya. “Panggungnya sudah ada, dan jangan disia-siakan,” pungkasnya.
(Anton)



















































