SUARAINDONEWS.COM, Jakarta –Senator Agita Nurfianti dari Jawa Barat memberikan perhatian khusus soal kesehatan dan kualitas hidup keluarga dalam Rapat Konsultasi dengan Kemenko PMK, Senin (19/5). Ia menegaskan pentingnya memperkuat Program Keluarga Berencana (KB), memperbaiki penanganan stunting, serta meningkatkan layanan kesehatan masyarakat.
Menurut Agita, KB bukan cuma soal mengatur jumlah anak, tapi juga kunci agar keluarga lebih sehat dan anak-anak tumbuh dengan gizi baik.
“Program KB perlu terus digencarkan karena sangat terkait erat dengan kesehatan, pencegahan stunting, bahkan kualitas pendidikan. Sosialisasi dan pelaksanaan KB harus diperkuat agar keluarga memiliki kapasitas lebih baik dalam pemenuhan gizi dan pengasuhan anak,” ujar Agita.
Ia juga menyoroti Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang sudah berjalan tapi belum berjalan berkelanjutan. Banyak anak yang setelah mendapat PMT sehat, tapi kembali mengalami stunting karena pola asuh dan kondisi ekonomi keluarga yang belum stabil.
“Banyak anak yang kembali mengalami stunting setelah program PMT selesai, padahal sebelumnya sudah dinyatakan normal. Hal ini disebabkan oleh pola asuh yang tidak berkelanjutan dan kondisi ekonomi keluarga yang belum stabil,” tambahnya.
Selain itu, Agita mendukung pengembangan Program Makan Bergizi (MBG) yang juga menyasar ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, supaya penurunan stunting bisa lebih efektif dan merata.
Dalam hal pelayanan kesehatan, Agita mengkritik dana Posyandu yang dialokasikan sama untuk semua Posyandu tanpa melihat jumlah balita di wilayah tersebut.
“Dana yang dialokasikan sekitar 200.000 atau 250.000 rupiah per Posyandu, padahal jumlah balita bisa sangat berbeda. Tentu kualitas gizi yang bisa diberikan juga tidak merata,” jelas Agita.
Selain itu, Agita juga mengingatkan pentingnya perlindungan korban kekerasan fisik, termasuk perempuan dan anak, agar bisa mendapatkan layanan medis dan psikologis melalui BPJS.
“Ada kasus di Jawa Barat, seorang ayah menyiram air keras kepada istri dan anak-anaknya. Proses pemulihan mereka tidak ditanggung oleh BPJS. Ini sangat memprihatinkan dan harus menjadi perhatian kita bersama,” tegasnya.
Tak hanya itu, ia juga mengangkat isu kekerasan terhadap penyandang disabilitas yang masih sering terjadi dan kurang mendapat perlindungan memadai.
Sebagai penutup, Agita mendorong revitalisasi perpustakaan dengan cara yang lebih modern dan menarik, terutama untuk generasi muda, seperti mengadakan lomba menulis cerita pendek dan novel.
“Revitalisasi perpustakaan perlu diarahkan pada pendekatan kreatif, agar perpustakaan lebih hidup dan berperan sebagai pusat literasi masyarakat,” tutup Agita.
Menanggapi masukan ini, Menko PMK Pratikno mengapresiasi dan berjanji akan menindaklanjuti secara serius.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih, karena Bapak dan Ibu tidak hanya menyampaikan permasalahan, tetapi juga memberikan banyak masukan konstruktif. Saya sampai mencatat dalam satu buku penuh, langsung habis halamannya,” ujarnya.
Pertemuan lanjutan akan diadakan untuk membahas usulan secara rinci dan merancang kebijakan yang bisa diimplementasikan demi pembangunan manusia Indonesia yang lebih sehat dan berdaya saing.
(Anton)