SUARAINDONEWS.COM, Sleman-Berada di tepi sungai di ujung arus tempuran dua sungai yang mengalir dari arah selatan Gunung Merapi nan rupawan. Disitulah energi besar Jiwangga berada. Energi yang berasal dari delapan penjuru angin itu lalu dipusatkan pada bangunan candi yang menyatukan alam mikrokosmos dengan alam makrokosmos yang ada.
Jiwangga bukanlah sekadar ‘tempat makanan jiwa dan raga’ semata, tetapi sesungguhnya tempat yang tepat untuk menanggalkan semua yang ada dan kita miliki di dunia untuk melebur dalam ikhlasnya diri ini kepada sang Khalik, sang pemilik alam makrokosmos tersebut.
Gemericik air sungai di Bromonilan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DI Yogyakarta ini, yang mengalir pada suasana hening yang menghujam rasa. Disertai semilir angin yang berhembus diantara gegesekan dedaunan dan dahan, menjadikan Jiwangga bak savana jiwa yang dahaga atas jawaban tentang kehidupan yang kita cari.
Jiwangga adalah sekolah ‘olah rasa’ yang tak sekedar terimplementasikan dari makanan dunia yang kita kecap sambil menikmati pemandangan serta suasana Jawa Zaman Doeloe seperti lewat Nasi Langgi, Tahu Gimbal, Bubur Rempah, Gurami Bakar, Es Stup Pisang atau Jus Buah Naga-nya. Tetapi sekolah ‘olah rasa’ bagaimana kita bisa berdamai dengan diri kita sesungguhnya.
Ketenangan, kedamaian, susunan bangunan merah, Tamansari, ornamen hindu, dapur tempo doeloe nan tua nan klasik, ukir ukiran cina, bangunan pendopo, rumah joglo, topeng aneka rupa yang unik, mushala panggung di tepi sungai, terakota yang berada di bagian taman dan bawah resto serta dua bagian lain berada di ujung timur resto tepatnya gallery dan ruang indoor. Tak ketinggalan arca sang gautama, bukit lingga yoni, dan lainnya semakin memperkuat kesan ingat pada era Jawa di masa lampau.
Tempat mencari jati diri adalah kata yang tepat untuk mengajak kita kembali ke tempat ini, tempat yang memiliki energi positif, yang begitu kuat dan menjadi tempat yang sangat istimewa tentunya.
(tjo; foto dok