SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Amerika Serikat (AS) kembali menargetkan Iran dengan sanksi besar pada Rabu (30/7/2025), yang kali ini melibatkan lebih dari 100 individu, perusahaan, dan kapal yang terhubung dengan jaringan pengiriman minyak global yang dikendalikan oleh keluarga dekat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Sanksi tersebut diumumkan oleh Departemen Keuangan AS dan disebut sebagai tindakan terbesar terkait Iran sejak 2018. Jaringan yang dimaksud terlibat dalam pengangkutan minyak dan produk minyak dari Iran dan Rusia ke pembeli di seluruh dunia, dengan menghasilkan keuntungan yang diperkirakan mencapai puluhan miliar dolar.
Menurut Departemen Keuangan AS, jaringan ini dikendalikan oleh Mohammad Hossein Shamkhani, yang merupakan putra dari Ali Shamkhani, penasihat politik senior Ayatollah Khamenei. Hossein disebut memanfaatkan struktur perusahaan kompleks yang terlihat tidak mencurigakan untuk menjalankan operasinya tanpa terdeteksi.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa sanksi ini menunjukkan bagaimana elit Iran memanfaatkan posisi mereka untuk kepentingan pribadi. “Kekaisaran pelayaran keluarga Shamkhani menyoroti bagaimana elit rezim Iran memanfaatkan kekuasaan mereka untuk mengumpulkan kekayaan besar dan mendanai perilaku berbahaya rezim tersebut,” ujar Bessent.
Sanksi ini menargetkan 15 perusahaan pelayaran, 52 kapal, 12 individu, serta 53 entitas lainnya yang terlibat dalam jaringan penghindaran sanksi. Negara-negara yang terlibat antara lain Panama, Italia, dan Hong Kong. Meskipun sanksi ini diperkirakan tidak akan mengganggu pasar minyak global secara signifikan, pejabat AS mengatakan langkah ini akan membuat Iran lebih sulit dalam menjual minyaknya.
China diketahui menjadi pembeli utama minyak Iran, namun pemerintah AS tidak secara langsung menyebut negara tersebut sebagai target sanksi.
Tanggapan Iran terhadap sanksi ini cukup keras. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut langkah tersebut sebagai “contoh nyata permusuhan AS terhadap bangsa Iran.” Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, memperingatkan bahwa Iran tidak akan tinggal diam jika ada agresi lebih lanjut. Ia menegaskan bahwa negara dengan sejarah budaya 7.000 tahun ini tidak akan tunduk pada ancaman dan intimidasi.
“Iran telah berinvestasi besar dalam teknologi pertahanan dalam negeri yang tidak bisa diabaikan oleh pihak asing. Kami akan bereaksi dengan lebih tegas jika agresi ini terulang,” tegas Araghchi melalui akun X.
(Anton)