SUARAINDONEWS.COM, Jakarta — Dunia penerbangan bersiap menyambut Riyadh Air, maskapai super-mewah asal Arab Saudi yang digadang-gadang menjadi “super-connector” keempat Teluk setelah Emirates, Qatar Airways, dan Etihad. Maskapai ini akan memulai penerbangan harian perdana dari Riyadh ke London pada 26 Oktober 2025, menandai babak baru ambisi Arab Saudi untuk menjadi pusat bisnis dan pariwisata global.
Riyadh Air dipimpin oleh Tony Douglas, mantan CEO Etihad Airways asal Inggris. Dalam wawancaranya dengan Telegraph Travel, Douglas mengungkapkan bahwa maskapai ini telah memesan 182 pesawat baru dan akan menerima 1–3 unit setiap bulan.
“Kami memulai dengan lembaran kosong untuk menciptakan maskapai berkelas dunia dengan cara yang benar-benar baru,” ujar Douglas optimistis di Riyadh.
Rute Perdana dan Harga Tiket
Penerbangan perdana antara London Heathrow Terminal 4 dan Bandara Riyadh akan dimulai dengan fase uji coba, sebelum layanan penumpang penuh menggunakan Boeing 787 Dreamliner diluncurkan awal tahun depan.
Tiket akan mulai dijual Desember 2025, dengan tarif diperkirakan:
- Ekonomi: £800 (sekitar Rp16 juta)
- Premium Ekonomi: £1.200 (sekitar Rp24 juta)
- Bisnis: £4.500 (sekitar Rp90 juta)
Harga ini sedikit lebih tinggi (10–15%) dibandingkan British Airways dan Virgin Atlantic, namun Riyadh Air menjanjikan pengalaman terbang yang “world class”.
Penerbangan dari London berangkat pukul 09.30 pagi dan tiba di Riyadh malam hari, sementara penerbangan balik ke London dilakukan malam hari dan mendarat pukul 07.30 pagi.
Desain Kabin Elegan dan Fasilitas Modern
Riyadh Air menolak gaya “bling” khas Emirates dan Etihad. Sebaliknya, interior kabin menonjolkan nuansa elegan berwarna indigo gelap dan emas matte, dipadu pencahayaan lembut biru keemasan serta motif Arab geometris yang halus.
Seragam awak kabin pun bernuansa retro—wanita mengenakan topi pilbox klasik, pria tampil dengan gaya jas rapi tajam, mengingatkan pada era keemasan penerbangan.
Kelas Ekonomi: Sederhana tapi Modern
Meski jarak antar kursinya 31 inci—lebih sempit dari Emirates yang mencapai 34 inci—kelas ekonomi Riyadh Air tetap menghadirkan kenyamanan maksimal.
Tersedia Wi-Fi gratis dengan kualitas streaming untuk seluruh penumpang yang bergabung dengan program loyalitas Sfeer.
Premium Ekonomi: Hoodie dan Slipper untuk Relaksasi
Kelas premium ekonomi menghadirkan kenyamanan lebih, lengkap dengan hoodie eksklusif, sandal, serta hidangan di atas porselen bone china dan gelas kristal.
Kursinya memiliki recline luas, sandaran kaki kokoh, dan lampu baca pribadi, sementara layar hiburan berukuran maksimal di tiap sandaran kursi.
Bisnis Class: Privasi dan Kemewahan Tanpa Berlebihan
Penumpang kelas bisnis akan mendapat pakaian athleisure Riyadh Air yang bisa dipakai santai di luar pesawat.
Fitur uniknya: headrest dengan speaker built-in sehingga penumpang tak perlu memakai headphone.
Namun, pintu suite bisnis belum tertutup penuh hingga lantai—satu-satunya catatan kecil dalam desain yang hampir sempurna ini.
Kelas First Class akan hadir pada Airbus A350 mulai tahun 2030, dengan maksimal delapan kursi untuk fleksibilitas permintaan. Penumpang kelas atas juga mendapat layanan antar-jemput gratis dalam radius 50 mil dari Bandara Riyadh.
Teknologi Digital dan Program Loyalitas Revolusioner
Riyadh Air mengklaim dirinya sebagai maskapai “digital native”, di mana aplikasi mobile menjadi pusat layanan utama.
Melalui aplikasi ini, penumpang dapat:
- Memesan tiket grup/familia tanpa kode terpisah
- Mengubah jadwal individu atau rombongan dengan satu klik
- Mengakses layanan concierge digital yang menawarkan hotel, acara, hingga pemesanan tiket hiburan
Program loyalitas Sfeer juga berbeda: poin dan miles tidak akan pernah kadaluarsa dan bisa ditukar antaranggota keluarga atau grup—fitur yang belum dimiliki Emirates maupun Qatar Airways.
Riyadh Air juga bermitra dengan Virgin Atlantic, memungkinkan anggota Virgin Flying Club untuk menukar miles dan mendapatkan tier points di Riyadh Air.
Ambisi Global Arab Saudi
Kehadiran Riyadh Air menjadi bagian penting dari Visi Saudi 2030, yang menargetkan Arab Saudi sebagai pusat wisata dan bisnis internasional menjelang World Expo 2030 dan Piala Dunia 2034.
“Konektivitas udara Saudi saat ini belum sebanding dengan pertumbuhan ekonomi negara G20 ini,” jelas Douglas.
Meski ada kekhawatiran dari sebagian wisatawan—terutama perempuan dan pelancong LGBT—Douglas yakin persepsi akan berubah, sebagaimana dulu dialami Qatar Airways dan Emirates.
Tanpa Alkohol di Pesawat
Sesuai hukum Arab Saudi, Riyadh Air tidak menyajikan alkohol di penerbangan mana pun, bahkan di luar wilayah udara kerajaan.
“Kami mengikuti hukum negara. Saat ini, hanya ada Virgin Mary,” kata Douglas, sambil menyiratkan bahwa aturan ini bisa berubah di masa depan seiring liberalisasi bertahap sektor pariwisata Saudi.
Dengan perpaduan kemewahan modern, efisiensi digital, dan filosofi pelayanan kelas dunia, Riyadh Air siap menjadi bintang baru langit penerbangan global — menantang dominasi Emirates dan Qatar Airways dalam waktu dekat.
(Anton)