SUARAINDONEWS.OM, Jakarta – Beberapa hari lagi kita memasuki tahun yang baru, 2021. Kita meninggalkan tahun 2020 yang penuh suka cita namun terkadang sarat ketidakpastian. Di semua sektor, seluruh elemen kehidupan bangsa Indonesia.
Kita pahami, pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyebabnya. Situasi atau kondisi seperti ini memang tidak hanya mendera negara kita. Tetapi hampir seluruh negara di dunia. Itu membuat segala hal menjadi semakin sulit diyakini dengan kebenaran yang hakiki. Bahkan bisa dikatakan bahwa yang lebih mudah dipahami saat ini adalah ketidakpastian.
Di penghujung 2020 dan di ambang 2021 merupakan momen yang tepat bagi seluruh elemen bangsa, seluruh masyarakat, untuk merefleksikan apa saja yang telah dilakukan selama satu tahun ke belakang serta menyusun rencana ke depan agar lebih baik.
Sekarang ini memang tidak sedikit yang mengatakan bahwa kita berada dalam ruang gelap, cenderung menghadirkan rasa bingung, bahkan ketakutan dan kepanikan. Tanpa mengenali ruang itu, orang akan sulit, bahkan mungkin tak kan tahu apa yang harus dilakukan di dalam kegelapan. Namun begitu Anda menemukan tombol penerangan, menyaksikan lampu, efek cahaya akan memicu pemikiran, inspirasi dan kreativitas mengenai apa yang harus dilakukan.
Saya kira kita harus pahami dulu analoginya. Bila di tengah kekalutan situasi dalam kehidupan, tiba-tiba ada yang berpikir jernih dan menyampaikan gagasan-gagasan, pintu solusi terbuka. Inilah yang disebut the power of idea. Kekuatan ide dan gagasan untuk menentukan langkah-langkah ke depan.
Saya merasakan, bahwa bagi banyak pihak, baik perorangan maupun institusi, maupun organisasi, Desember terakhir dalam kalender Masehi selalu menjadi waktu untuk refleksi akhir tahun. Refleksi ini untuk merenungi kembali perjalanan yang telah dilakukan, yang merupakan sebuah gambaran.
Begitu pula dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, patut kiranya kita merenunginya kembali. Di sepanjang tahun 2020 ini, banyak persoalan-persoalan bangsa yang terus mengemuka, mulai dari pandemi COVID-19 yang menghajar dan memengaruhi semua sendi kehidupan, persoalan politik, serta saling serang yang berujung pada ujaran kebencian dan hilangnya rujukan nilai.
Selain itu, permasalahan lain mulai dari pengangguran, kriminalitas, skandal korupsi, geng motor, narkoba, terorisme, hingga bencana alam. Ini semua menjadi persoalan bangsa yang harus ditangani secara serius, agar bangsa yang besar ini tidak semakin kehilangan jati diri, kehilangan arah.
Persoalan-persoalan tersebut yang menjadi akar dari berbagai permasalahan yang melanda bangsa ini, harus segera dicarikan solusi oleh segenap komponen bangsa. Kalau tidak, akan menjalar pada permasalahan lain yang semakin sulit diatasi.
Kita tentu tak ingin bangsa ini semakin terpuruk dengan berbagai permasalahan yang tak kunjung selesai. Terutama pandemi COVID-19, yang sudah menjadi persoalan terbesar kita dan harus ditangani bersama. Kita semua berharap, bangsa ini dapat mengatasi segala persoalan yang ada, dan mampu meraih keinginan bersama sebagai bangsa yang damai, aman, nyaman, tentram, sejahtera, dan berkeadilan.
Dari semua persoalan bangsa yang kita hadapi ini penting bagi kita untuk melakukan evaluasi atas semua pelaksanaan tugas selama satu tahun terakhir. Ini sangat strategis guna mengetahui apa saja capaian kita, sejauh mana output dan outcome-nya memenuhi target dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apa saja kelemahan serta kekurangan yang perlu diperbaiki ke depannya.
Refleksi melalui evaluasi ini tentunya juga dapat dimanfaatkan untuk menilai dan menyusun langkah strategis ke depan dalam membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Refleksi juga merupakan momen yang tepat untuk melakukan asesmen atas perkembangan situasi, baik nasional maupun internasional, dan proyeksinya untuk tahun mendatang, sebagai basis untuk melakukan penyesuaian, focusing dan refocusing kebijakan serta langkah yang akan ditempuh.
Tentunya sudah kita sadari bersama bahwa fokus utama pemerintah sepanjang tahun 2020 adalah menangani wabah COVID-19 dan seluruh dampaknya, baik kesehatan, sosial, ekonomi dan hukum.
Presiden Joko Widodo dan jajaran para menterinya memusatkan perhatian sepenuhnya pada upaya pencegahan penularan, penanganan korban, pemberian bantuan sosial bagi mereka yang terdampak, dan menjaga perekonomian agar tidak mandeg (terhenti) ataupun jatuh terlalu dalam. Dalam konteks ini saya mengapresiasi kinerja dari Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto. Juga Gugus Tugas Penanganan COVID-19 yang diketuai Doni Monardo.
Saat ini kita semua berharap pemerintah baik melalui Kementerian Kesehatan serta KPCPEN, gugus tugas, mampu mengeksekusi dengan baik keputusan Presiden yang sudah memastikan pemberian vaksin COVID-19 secara gratis atau cuma-cuma kepada seluruh elemen masyarakat.
Tantangan kita berikutnya adalah mengupayakan segera tersedianya vaksin yang aman, manjur dan secara syariah halal atau diperbolehkan, baik vaksin produksi luar negeri maupun produk nasional.
Terkait dengan refocusing, saya mencatat ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan tindak lanjut. Pertama, pengentasan kemiskinan. Kedua, pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Ketiga, reformasi birokrasi. Keempat, masalah-masalah di bidang ekonomi dan keuangan. Kelima, deradikalisasi dan kontra radikalisme. Keenam, percepatan pembangunan kesejahteraan di Bumi Cenderawasih berkaitan dengan Otonomi Khusus Papua. (wwa)
Penulis adalah Azis Syamsuddin, Wakil Ketua DPR RI