SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Di tengah panasnya isu global dan mahalnya geopolitik, Ketua DPR RI Puan Maharani tampil sebagai “diplomatic frontliner” Indonesia. Dalam gelaran Konferensi Parlemen Negara OKI (PUIC) ke-19 di Gedung DPR, Puan tak hanya jadi tuan rumah—tapi juga jadi juru runding lintas negara dari Afrika Barat hingga Timur Tengah!
Pada hari keempat sidang, Puan melakukan maraton pertemuan bilateral dengan tiga negara: Pantai Gading, Burkina Faso, dan Iran. Tujuannya? Menggali peluang kerja sama—dari dagang, investasi, pendidikan, hingga isu kemanusiaan Palestina. Semua dibahas dalam satu hari. Padat, tajam, diplomatis.
Dagang dengan Afrika? “Potensinya Gede, Bro!”
Pertemuan pertama, Puan menyambut Ketua Majelis Nasional Pantai Gading, Adama Bictogo. Topik utamanya: peluang dagang yang sedang tumbuh subur. Nilai perdagangan Indonesia–Pantai Gading naik 15,3 persen dalam empat tahun terakhir.
“Mengingat kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, Indonesia dan Pantai Gading perlu memperluas perdagangan ke pasar baru,” ujar Puan.
Tak cuma urusan ekspor-impor, Puan juga mengajak pelaku usaha Indonesia untuk masuk ke proyek infrastruktur Pantai Gading, lengkap dengan ajakan investasi dan program pengembangan SDM.
“Kita perlu menciptakan iklim investasi dan perdagangan yang mendukung,” tegasnya.
Burkina Faso dan Tarif Impor: “Ayo Kita Potong Pajaknya!”
Lanjut ke tamu kedua: Ketua Parlemen Burkina Faso, Ousmane Bougouma. Lagi-lagi, Puan bicara soal dagang. Tapi kali ini, ada tantangan yang lebih teknis: tingginya tarif impor barang dari Indonesia ke Afrika bikin produk kita kurang bersaing.
“Saya berharap parlemen dapat mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan perundingan Preferential Trade Agreement (PTA),” sebutnya dengan nada serius.
Artinya: Puan ingin ada kesepakatan dagang khusus, biar tarif turun, ekspor naik, dan hubungan makin erat.
Iran: Industri Halal, Teknologi, dan Rute Penerbangan
Terakhir, Puan bertemu Ketua Majelis Permusyawaratan Islam Iran, Mohammad Bagher. Di sinilah obrolan makin kaya. Dari industri halal yang disebut punya “keunggulan komparatif”, hingga kerja sama teknologi seperti nanoteknologi, bioteknologi, hingga telemedisin.
“Saya berharap kerja sama pengembangan industri halal oleh kedua negara dapat diperkuat agar mampu menguasai pasar global,” kata Puan.
Tak sampai di situ, ada pula pembahasan soal pendidikan dan beasiswa, bahkan ide membuka penerbangan langsung dari Teheran ke Jakarta dan Bali. Serius, ini bisa jadi terobosan baru untuk konektivitas dua negara.
“Saya mendukung upaya menjajaki penerbangan langsung dari Tehran ke Jakarta dan Bali,” tambahnya.
Palestina Tetap Jadi Isu Utama: “OKI Harus Satu Suara!”
Di tiap pertemuan, Puan tak lupa menegaskan satu isu besar: kemerdekaan Palestina. Dalam posisi sebagai Presiden PUIC, ia menyerukan agar negara-negara OKI tak hanya diam melihat tragedi kemanusiaan di Gaza.
“Perang di Gaza harus segera dihentikan. Negara-negara OKI harus menjamin akses bantuan kemanusiaan untuk saudara-saudara kita di Palestina,” tegas Puan dalam penutupan pertemuan.
Ditutup dengan “Jakarta Declaration”
PUIC yang berlangsung sejak 12 Mei akan ditutup hari ini dengan lahirnya Jakarta Declaration—sebuah resolusi bersama parlemen negara-negara Islam yang berisi sikap, rekomendasi, dan arah kerja sama ke depan.
Puan tak sendirian. Ia didampingi Wakil Ketua BKSAP Irine Yusiana Roba Putri, serta anggota Gilang Dhielafararez dan Stevano Rizki Adranacus.
(Anton)