SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Seorang dokter ahli gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, telah melakukan penelitian yang terkait dengan diet spesifik untuk penyandang prediabetes yang disesuaikan dengan faktor genetiknya.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK. Dirinya telah memberikan rekomendasi diet spesifik untuk pencegahan perkembangan prediabetes menjadi diabetes, berdasarkan analisis interaksi asupan zat gizi masyarakat Indonesia terhadap delapan varian genetik yang berkaitan dengan resistensi insulin, komposisi tubuh dan preferensi makanan.
“Di Indonesia, penelitian tentang peran variasi genetik dalam perkembangan prediabetes dan diabetes belum banyak dilakukan. Begitupula penelitian tentang efek diet dan interaksinya dengan faktor genetik terhadap diabetes,” ujarnya kepada Suaraindonews.com, di Depok, Jawa Barat, Sabtu, (12/8/2023).
Di sisi lain, lanjutnya, layanan pemeriksaan profil genetik beserta rekomendasi dietnya mulai banyak ditawarkan langsung kepada masyarakat. Namun, rekomendasi diet ini belum sepenuhnya sesuai dengan hasil asupan diet orang Indonesia.
Dokter Witri menjelaskan, prediabetes merupakan kondisi peningkatan kadar gula darah dari nilai normal, namun belum memenuhi kriteria diagnosis diabetes.
Salah satu pilar penting dalam pencegahan prediabates menjadi diabetes adalah pengaturan pola makan atau diet. Pola makan yang saat ini dianggap baik untuk pencegahan diabetes adalah diet dengan bahan dasar nabati atau vegetarian dan diet mediteranian.
Selain itu, dr. Witri juga menyampaikan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi progresivitas prediabetes menjadi diabetes, yakni faktor yang dapat diubah seperti gaya hidup dan pola makan, serta faktor yang tidak bisa diubah seperti umur, jenis kelamin, dan genetik yang diturunkan dari orang tua.
“Terdapat lebih dari 250 varian genetik, yang dikenal dengan single nucleotide polymophism atau SNP, telah diteliti dan diketahui berperan dalam perjalanan penyakit diabetes dan faktor-faktor risikonya,” ungkapnya.
Selanjutnya dikatakan, SNP adalah variasi kecil dalam DNA yang terjadi ketika satu nukleotida (unit pembangunan DNA) dalam urutan DNA digantikan oleh nukleotida yang berbeda. Variasi ini berpengaruh terhadap fungsi fisiologis manusia, misalnya metabolisme energi menjadi lambat, jumlah enzim yang diproduksi berkurang, daya ikat reseptor berkurang, atau hormon tidak berfungsi sempurna. Akibatnya, bergantung varian SNP yang dimiliki, seorang individu dapat lebih rentan atau berisiko menderita suatu penyakit tertentu dibandingkan dengan individu lainnya.
Penelitian yang dilakukannya, melalui pengambilan sampel 193 penyandang prediabetes dan 376 orang sehat berusia 20 hingga 55 tahun.
Dari penelitian ini, ditemukan hubungan bermakna antara variasi genetik LEPR rs11371001 (SNP yang nenjadi reseptor leptin, suatu zat dalam tubuh yang berhubungan dengan rasa kenyang) dan GCKR rs780094 (SNP yang menjadi protein pengatur metabolisme glukosa) dengan prediabetes. Artinya, terdapat varian tertentu pada kedua SNP ini yang apabila dimiliki seorang individu maka risikonya mengalami prediabetes lebih besar. (Ahmad Djunaedi)