SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, memulai rangkaian kunjungan kerja ke Republik Rakyat Tiongkok atas undangan resmi dari pemerintah setempat. Kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan, yang saat ini telah menjadi fokus utama dalam transformasi energi nasional Indonesia.
Setibanya di Bandara Internasional Beijing, Minggu (13/4/2025), Eddy disambut langsung oleh Mr. Wang Min, Pimpinan Komisi Luar Negeri dari Konferensi Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok (CPPCC).
Kunjungan selama lima hari ini (13–17 April) akan berlangsung di dua kota besar, Beijing dan Shenzhen, yang keduanya merupakan pusat kemajuan teknologi dan energi bersih di Cina.
Dalam keterangannya, Eddy menjelaskan bahwa transformasi kualitas udara di Beijing dalam dua dekade terakhir menjadi bukti nyata keberhasilan transisi energi di negara tersebut.
“Pada 2008 saat Olimpiade Beijing digelar, kekhawatiran terbesar adalah polusi udara. Namun, kurang dari 20 tahun kemudian, Beijing mencatat 300 hari ‘udara baik’ dari sebelumnya hanya 13 hari pada 2013. Itu transformasi radikal yang patut kita pelajari. Ini capaian yang luar biasa dan perlu menjadi success story yang diikuti oleh Indonesia,” ujar Eddy.
Ia menilai bahwa kesuksesan Cina tersebut bukan hanya soal teknologi, tetapi juga berkaitan dengan keputusan politik yang kuat, konsistensi kebijakan, serta insentif nyata kepada masyarakat dan industri.
“Saat ini, pembangkit listrik berbasis energi terbarukan digunakan secara masif di seluruh Cina, meskipun pembangkit tenaga fosil juga masih dimanfaatkan demi ketahanan energi,” katanya.
Selain itu, Eddy juga menyoroti peran kendaraan listrik dalam mendukung kualitas udara dan efisiensi energi di Cina. Menurutnya, Cina telah menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang sangat matang.
“Di samping itu, penggunaan kendaraan listrik—baik kendaraan umum maupun pribadi—sudah sangat luas dengan dukungan ekosistem yang lengkap dan insentif yang diberikan pemerintah untuk para penggunanya,” jelasnya.
“Hal ini sangat mempengaruhi perbaikan kualitas udara di Beijing dan kota-kota lainnya di Cina. Saya ingin memetik pelajaran dari transformasi energi terbarukan Cina untuk diterapkan di Indonesia.”
Rangkaian kunjungan Eddy juga mencakup agenda ke pusat teknologi kendaraan listrik dan industri panel surya di Kota Shenzhen, yang dikenal sebagai pusat inovasi teknologi di Asia.
Dalam pengamatannya, Eddy menyatakan bahwa teknologi Cina tidak bisa lagi dianggap inferior dibanding negara-negara barat.
“Kita tidak perlu ragukan perkembangan pesat dari teknologi Cina di berbagai bidang yang bahkan mengungguli negara-negara barat. Pemanfaatan teknologi dan pendayagunaan merupakan kunci keberhasilan Cina melakukan transisi energi secara swadaya, sekaligus membangun sektor manufaktur di dalam negeri. Pelajaran ini juga sangat penting untuk dapat kita terapkan di Indonesia,” tegasnya.
Lebih jauh, Eddy menekankan pentingnya investasi asing dan transfer teknologi dalam mendukung ambisi Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060.
“Tentu kita menyambut gembira negara-negara sahabat yang bertekad mendukung Indonesia dari aspek investasi, transfer teknologi dan pendanaan. Tujuannya agar tercapai dua hal: pertama, transisi energi menuju energi terbarukan dan terbangunnya industri dalam negeri yang mendukung pembangunan proyek-proyek energi terbarukan,” ujarnya.
Kebijakan ini, menurut Eddy, juga sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam membangun kemandirian energi dan industri nasional.
“Hal ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo untuk memperkuat ketahanan energi, sekaligus membangun sektor industri nasional,” pungkasnya.
Dengan semangat kolaborasi dan belajar dari negara lain, Eddy berharap kunjungannya ini dapat membawa manfaat konkret dalam bentuk kerja sama strategis, alih teknologi, hingga masuknya investasi baru di sektor energi bersih di Indonesia.
DSK | Foto: HO-Humas MPR RI