SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Rencana Presiden Prabowo Subianto untuk menyampaikan pidato perdananya di Sidang Umum PBB ke-80 pada 23 September 2025 di New York disambut positif oleh parlemen. Sejumlah anggota DPR menilai momen tersebut bukan sekadar seremoni diplomatik, melainkan kesempatan emas bagi Indonesia untuk menegaskan peran globalnya.
Optimisme ini mengemuka dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk “Pidato Perdana Prabowo di PBB: Gagasan Global dan Diplomasi Nusantara” yang digelar Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bekerja sama dengan Biro Pemberitaan DPR RI, pada Kamis (28/8/2024) di Ruang PPIP Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dave Laksono (Fraksi Golkar), menegaskan bahwa pidato Presiden Prabowo akan menjadi langkah strategis Indonesia di tengah perubahan tatanan dunia.
“Ini bukan sekadar seremoni, melainkan pernyataan strategis Indonesia di panggung global. Presiden akan menegaskan nilai-nilai Nusantara seperti keseimbangan, kemandirian, dan solidaritas sebagai landasan diplomasi dan perdamaian internasional,” ujar Dave.
Ia menambahkan, pidato tersebut menunjukkan keberanian Indonesia untuk tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga penyumbang gagasan dalam pembentukan tatanan dunia baru di tengah ketegangan geopolitik dan krisis multilateral. Komisi I DPR, kata Dave, mendukung penuh kebijakan luar negeri yang proaktif dan berdaulat, termasuk melalui diplomasi digital, pertahanan, dan kerjasama strategis.
Hal senada disampaikan anggota BKSAP DPR RI, Syahrul Aidi Maazat (Fraksi PKS). Ia menyebut kehadiran Presiden Prabowo di PBB merupakan bukti bahwa Indonesia adalah negara besar yang membawa misi perdamaian, keadilan, dan kerjasama global.
“Pidato perdana Presiden Prabowo akan menjadi warna baru bagi diplomasi Indonesia. Beliau akan menegaskan pentingnya solidaritas kemanusiaan di tengah krisis pangan, perubahan iklim, ketidakadilan ekonomi, dan konflik geopolitik,” kata Syahrul.
Menurutnya, diplomasi Nusantara—dengan semangat musyawarah, keadilan, dan keseimbangan—akan menjadi dasar kontribusi Indonesia dalam membangun tatanan dunia yang lebih adil. “Ini kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan moral, menghadirkan solusi berbasis kerjasama, bukan konfrontasi,” tambahnya.
Baik Dave maupun Syahrul sama-sama menilai, pidato Prabowo di PBB akan menjadi tonggak sejarah politik luar negeri Indonesia, menggaungkan pesan bahwa bangsa Indonesia hadir di panggung dunia bukan sekadar penonton, melainkan penentu arah peradaban global.
Melalui diskusi Dialektika Demokrasi, parlemen menegaskan keyakinannya bahwa pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB akan mempertegas posisi Indonesia sebagai negara berdaulat yang membawa gagasan global sekaligus menjunjung tinggi nilai-nilai Nusantara dalam diplomasi internasional.
(Anton)