SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Penyebutan nama Ketum PKB A. Muhaimin Iskandar atau Cak Imin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu dari lima cawapres yang dikantonginya, menjadikan Cak Imin dan PKB sangat spesial. Hal itu sangat beralasan, mengingat suara PKB dan Nahdliyin sangat ebsar.
Di Pilkada Jawa Timur Saifullah Yusuf – Puti (PKB dan PDIP) dan Jawa Tengah, Sudirman Said – Ida Fauziyah (Gerindra, PKB, PAN, PKS) kenaikan suara di kedua pilgub itu adalah suara PKB sekitar 8 juta.
“Suara ini jadi pertimbangan politik realistis Jokowi untuk dua priode,” tegas pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, Senin (16/7/2018).
Karena itu kata Salahuddin, kalau PKB meninggalkan koalisi Jokowi, tentu menjadi ancaman tersendiri di pilpres 2019 nanti. Apalagi untuk Pilgub Jateng suaranya 41 persen atau sekitar 3 juta milik PKB, sedangkan di Jatim 46 persen atau sekitar 5 juta suara PKB.
“Memang suara PKB tak bisa dianggap sepele,” ujarnya.
Dengan demikian kata Salahuddin, meski belum benar-benar ditunjuk sebagai cawapres, tapi penyebutan nama Cak Imin secara langsung oleh Jokowi mempunyai makna politis tersendiri. Sehingga PKB sebagai parpol paling spesial diantara parpol pendukung Jokowi yang lain.
Cak Imin sebagai cawapres itu menjadi anugerah bagi PKB yang tidak didapatkan oleh parpol pendukung Jokowi lainnya. Apalagi Jokowi mengatakan daftar cawapresnya sudah mengerucut menjadi lima nama.
“Itu artinya, selain Muhaimin, tersisa empat nama lagi. Diantara yang empat itu disebut-sebut ada juga nama tokoh dari luar parpol,” ujarnya.
Artinya lanjut Salahuddin, peluang Golkar, PPP, NasDem, Hanura, dan parpol lain untuk menempatkan kadernya sebagai pendamping Jokowi menjadi semakin kecil.
“Penyebutan nama Cak Imin sebagai salah satu cawapres merupakan keberhasilan strategi PKB memengaruhi Jokowi,” kata Salahuddin lagi.(Benk)