SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Delta Plus telah ditemukan di dua wilayah Indonesia. Hal tersebut dikatakan Peneliti Bioinformatika lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Sahal Sabilil Muttaqin di akun Twitter-nya.
Sahal Sabilil Muttaqin menunggah foto update sekuens varian delta di Indonesia. Termasuk di antaranya varian Delta Plus yang telah ditemukan April lalu.
“Delta pertama kali terdeteksi di Indonesia Januari 2021, baru meledak Juni 2021. Delta plus dan delta AY.3 ditemukan April dan sekuensnya baru submit kemarin. Kita perlu hati-hati,” tulisnya seperti dilansir dari Okezone.com, Rabu (29/7/2021).
“Delta plus dan AY.3 hanya di Jambi. Sedangkan sekuens awal delta plus juga ditemukan di Mamuju. Jarak submit dua tempat cukup lama,” tambahnya.
Sementara itu, sesuai dari namanya, varian Delta Plus ini merupakan mutasi virus dari strain Delta yang selama beberapa pekan terakhir meledak di Tanah Air.
Namun, Epidemiolog Griffith University Australia, dr. Dicky Budiman, menjelaskan penemuan varian baru Delta Plus ini bukanlah suatu hal yang mengagetkan.
Terlebih di tengah situasi Indonesia yang keterbatasan surveillance genomics, studi laboratorium, dan investigasi epidemiologi. Penemuan varian Delta Plus menandakan bahwa varian ini telah menjadi predominan strain di wilayah yang ditemukan.
“Ketika varian tersebut telah menjadi predominan strain, akibat keterbatasan tadi, mereka akan mudah untuk dideteksi. Jadi artinya sudah lama berada di komunitas, sebab varian membutuhkan waktu untuk menjadi predominan,” terang dr. Dicky, Selasa (27/7/2021).
Selain itu hal lain yang harus diketahui bahwa penemuan varian ini bukanlah hal yang mengagetkan di tengah situasi kasus di masyarakat tinggi penyebarannya. Sebab, mutasi virus yang menyebabkan penemuan varian-varian baru hanyalah masalah waktu dan kehadiran varian ini adalah suatu fenomena yang alamiah,
“Sehingga jangan kaget kalau ada varian Delta, Delta Plus, Lamda ditemukan di Indonesia. Karena akan sangat sulit untuk membendung munculnya varian ini, sebab peluang masuknya banyak sekali. Apalagi di tengah situasi bahwa terjadi siklus replikasi yang sangat ekstensif dari virus. Karena banyak infeksi yang terjadi di masyarakat tida terdeteksi,” pungkasnya. (wwa)