SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Pertwmuan negara-negara anggota G20 dalam Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) telah menghasilkan keselarasan kebijakan antara perdagangan, investasi, dan industry untuk mendukung pencapaian ‘sustainable development goals (SDGs).
Indonesia mendorong terwujudnya berbagai terobosan kesepakatan untuk pemulihan ekonomi bersama dan pembangunan berkelanjutan.
Inti dari pertmuan grup kerja G20 tersebut adalah koherensi kebijakan antara perdagangan, investasi, dan industry untuk mendukung keberhasilan SDGs. Kita harus kembali ke perdagangan dan SDGs. Ini adalah jalan terbaik untuk menghadapi permasalahan ekonomi, sosial, dan tantangan dewasa ini.
Isu prioritas berikutnya adalah perdagangan digital dan rantai nilai global berkelanjutan, mendorong investasi berkelanjutan untuk pemulihan ekonomi global, serta industrialisasi yang inklusif dan Berkelanjutan melalui Industri 4.0.
Hal terpenting adalah mendorong para delegasi untuk mengamplifikasi langkah-langkah strategis untuk mereformasi WTO dalam upaya mengoptimalisasi fungsi lembaga tersebut.
G20 punya posisi untuk memberikan mandate kepada WTO agar dapat menerapkan reformasi WTO secara bertahap.
Selanjutnya, G20 perlu menjaga kontribusi integral pada system perdagangan multilateral untuk mendukung SDGs.
Perdagangan antarnegara, dapat mendukung upaya memerangi kemiskinan dan focus pada tujuan-tujuan iklim (climate goals). Karenanya, G20 diharapkan berkontribusi terhadap perbaikan rezim perdagangan untuk kepentingan semua negara dan mendukung pencapaian SDGs.
Terkait arsitektur kesehatan global, Pemerintah mendukung diskusi mengenai peran sektor perdagangan, investasi, dan industry untuk memperkuat kapasitas produksi, manufaktur, dan distribusi vaksin.
G20 perlu menunjukkan kemampuannya mengatasi hambatan-hambatan utama bagi kesetaraan akses vaksin COVID-19, produk-produk esensial, serta transfer teknologi.
G20 juga diharapkan berkolaborasi untuk memastikan perdagangan digital yang inklusif dan mampu menjembatani kesenjangan digital, termasuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar terintegrasi dengan rantai nilai global.
Masa depan rantai nilai global akan bergantung pada seberapa efektif negara-negara memanfaatkan peluang-peluang baru yang tercipta dari pemanfaatan teknologi dan perdagangan digital.
Karenanya, Presidensi Indonesia juga fokus pada kolaborasi untuk menunjang transisi energy bagi investasi yang berkelanjutan. Upaya ini ditempuh melalui pengembangan energiterbarukan dan hilirisasi industri.
Sementara itu, dalam kerangka transformasi digital, kerja sama antara anggota G20 difokuskan untuk memanfaatkan sebaik-baiknya peluang Industri G20 sebagai dukungan bagi industrialisasi yang berkelanjutan dan inklusif.
Itu sebabnya, G20 diharapkan dapat memberikan dorongan secara bersama-sama untuk melakukan pemulihan secara kolaboratif. Apalagi, TIIWG bertujuan menggalang kerja sama menyikapi dinamika dan persoalan saat ini, para anggota mendukung apa yang diangkat dalam forum karena sangat relevan dengan apa yang tengah.
Karena itulah entingnya kesepahaman yang sama antarnegara G20 agar mendorong industri manufaktur memiliki daya tahan.
Usulan pembahasan transformasi digital melalui penerapan teknologi industri 4.0 didasari oleh hasil kajian yang menunjukkan bahwa industri yang sudah mengadopsi teknologi 4.0 punya resiliensi yang lebih tinggi di masa pandemi “Melihat outlook ekonomi dunia, bagaimana ekonomi dunia bisa pulih lebih cepat dan lebih kuat, diperlukan intervensi teknologi di dalam sistem industri. (*)
Penulis adalah: Pongki Nangolngolan. H (Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Perdagangan RI)