SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Biasanya orang jadi kaya karena tambang, kebun sawit, atau punya bank. Tapi Otto Toto Sugiri memilih jalan sunyi nan canggih: bikin server, bukan nyimpen uang—tapi malah dilayani bank!
Dengan kekayaan menyentuh Rp86,2 triliun (ya, benar: triliun, bukan typo), Otto kini resmi masuk daftar orang terkaya nomor 10 di Indonesia versi Forbes. Padahal tahun 2023, beliau masih di posisi 23. Kalau ini balapan MotoGP, bisa dibilang dia start di belakang, lalu nyalip semua pembalap pakai turbo!
Insinyur Jerman, Bisnisnya Server, Julukannya Bill Gates KW?
Otto adalah lulusan Teknik Elektro RWTH Aachen, Jerman, yang lebih suka otak-atik teknologi ketimbang tambang batu bara. Karier awalnya di PT Indosat, lalu nyasar ke Bank Bali. Tapi langkah pamungkasnya muncul saat dia bikin Sigma Cipta Caraka—software house yang jadi sahabat karib bank-bank baru era 90-an.
Karena jumlah bank waktu itu naik bak jamur di musim hujan, Otto pun jadi penyedia sistem IT untuk mereka. Sigma panen cuan sampai US$1,2 juta dalam setahun. Banyak yang bilang, dia mirip Bill Gates. Tapi Bill Gates belum tentu bisa ngoprek router seperti Pak Otto, kan?
Sempat Mau Pensiun, Eh, Malah Jadi Juragan Data
Tahun 2008, Otto jual 80% saham ke Telkom, dapat duit, dan niatnya mau pensiun santai. Tapi seperti film action, dia “dipanggil kembali” ke dunia teknologi setelah pemerintah buka peluang pusat data nasional.
Lahirlah Data Center Indonesia (DCI) tahun 2011. Hari ini, DCI jadi raksasa pusat data yang dipakai lebih dari 120 institusi keuangan dan 40 perusahaan telekomunikasi. Jadi kalau Anda pernah transfer uang, nonton film streaming, atau buka aplikasi bank, besar kemungkinan datanya numpang di server-nya Pak Otto.
Kesimpulan: Nggak Harus Punya Tambang, Yang Penting Punya Otak dan Server
Otto Toto Sugiri membuktikan bahwa jadi konglomerat gak melulu harus pakai alat berat atau ngurus kebun sawit. Cukup dengan passion, kabel fiber, dan kipas pendingin server—duit pun datang sendiri.
Jadi, kalau kamu ditanya mau kaya dari mana, mungkin jawab saja:
“Saya ikut jejak Pak Otto, jadi ‘juragan data’. Siapa tahu nanti masuk Forbes juga…”
(Anton)