SUARAINDONEWS.COM, Ambon – Kalau kamu kira musik cuma urusan konser dan karaoke di kamar mandi, kamu salah besar! Menurut Anggota Komisi VII DPR RI, Novita Hardini, musik itu bukan cuma alat ekspresi hati yang galau, tapi juga bisa jadi mesin penggerak ekonomi nasional. Dan Kota Ambon? Udah jelas punya modal kuat.
Dalam kunjungan reses Komisi VII ke Kota Musik Dunia (yes, itu gelar resmi dari UNESCO, bukan dari sobat tongkrongan), Novita menegaskan bahwa musik daerah bisa jadi jalan ninja buat ekonomi kreatif Indonesia.
“Tidak hanya kekayaan alam, bakat dan karya anak bangsa adalah aset. Dan musik adalah salah satunya. Musik bisa menjadi penggerak ekonomi nasional jika ekosistemnya kita jaga dan perkuat,”
ujar politisi PDI Perjuangan itu dengan mantap.
Dan Ambon, yang sudah punya branding kece dari UNESCO, dinilai punya peluang besar—asal jangan cuma puas dengan gelar doang. Tapi seperti sinetron, ada juga konfliknya.
“Saat ini kita menghadapi situasi yang cukup mengkhawatirkan, hubungan antara pencipta lagu, penyanyi, dan label rekaman sering kali tidak harmonis. Ini justru mengganggu misi besar kita: mendongkrak ekonomi nasional lewat karya musik,”
keluh Novita, mungkin sambil menahan emosi mendengar kisah label-label nakal.
Novita, satu-satunya perempuan di Komisi VII DPR RI dari Dapil VII Jawa Timur, juga buka-bukaan soal pentingnya kehadiran negara, khususnya Kementerian Ekonomi Kreatif / Barekraf, agar bisa jadi jembatan, bukan jurang pemisah, antara musisi lokal dan industri besar.
“Kami melihat Kementerian Ekonomi Kreatif sudah mulai hadir, misalnya lewat bantuan pembuatan video klip. Tapi ini harus diperluas dan merata ke seluruh Indonesia. Jangan hanya di kota besar. Pemerataan fasilitasi dan inkubasi musisi daerah sangat penting. Musik bukan cuma soal popularitas, tapi peluang usaha nyata bagi anak muda yang tak terserap pasar kerja formal,”
jelas Novita sambil memberi kode: jangan cuma Jakarta yang disayang.
Tak berhenti di situ, ia juga menyentil bahwa industri musik bisa jadi solusi karier masa depan di tengah dunia yang makin tak menentu—PHK di mana-mana, tapi lagu tetap didengar.
“Musik bukan hanya panggung hiburan, tapi panggung ekonomi. Dari satu lagu, bisa hidup penyanyinya, penulis lagunya hingga operator panggung. Ini ekosistem yang harus dilindungi dan dikembangkan,”
tambahnya, membuktikan bahwa lirik lagu bisa lebih menghidupi dari sekadar cinta tak berbalas.
Dan tentu saja, semua ini bukan sekadar mimpi indah di atas pentas. Novita memastikan, Komisi VII DPR RI tetap konsisten mendorong transformasi ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
“Musik bukan hanya cermin ekspresi, tetapi juga simbol kemandirian ekonomi dan kejayaan suatu bangsa,”
tutupnya, seperti menutup lagu dengan nada tinggi dan standing ovation.
Jadi, anak muda, sebelum kamu drop lagu baru di SoundCloud atau nge-rap di reels, ingatlah: ini bukan sekadar irama, tapi masa depan ekonomi bangsa!
(Anton)