SUARAINDONEWS.COM, Jakarta –Dalam sebuah diskusi santai yang diinisiasi Achmad Annama bersama berbagai elemen muda, Politisi Senior Idrus Marham kembali menegaskan pentingnya mengembalikan Pancasila sebagai landasan ideologi dan praksis politik nasional. Hadir pula sejumlah tokoh, termasuk Dr. Dina Hidayana dan politisi Syahmud Basri Ngabalin, yang turut memberikan pandangan kritis terkait fenomena “aktor-aktor politik tanpa ideologi”.
Idrus menilai diskusi tersebut menjadi ruang penting untuk mengoreksi kecenderungan pragmatisme politik yang dinilainya semakin menguat di berbagai tingkat kepemimpinan. Menurutnya, banyak elite hari ini terjebak pada sikap apatis, hipokrisi politik, serta minimnya ruang perdebatan konseptual.
“Aktor-aktor politik kita hari ini banyak yang pragmatis dan tidak menjadikan ideologi Pancasila sebagai inspirasi berpikir dan bertindak. Jika ini dibiarkan, produktivitas politik tidak akan pernah terjadi,” tegas Idrus.
Akan Rilis Buku: “Apa Jadinya Indonesia Tanpa Ideologi dan Falsafah Pancasila”
Dalam forum tersebut, Idrus mengungkapkan rencana untuk meluncurkan buku baru sebagai kelanjutan inspirasi dari karya Yudi Latif, Apa Jadinya Dunia Tanpa Indonesia.
Buku yang sedang ia siapkan akan diberi judul “Apa Jadinya Indonesia Tanpa Ideologi dan Falsafah Pancasila.”
Idrus menjelaskan bahwa buku tersebut merupakan refleksi kritis terhadap kondisi politik nasional yang menurutnya makin jauh dari nilai dasar negara dan semakin dikuasai oleh pragmatisme elektoral.
“Perdebatan politik sudah tidak lagi berbasis gagasan. Debat kandidat pun sering hanya menjadi formalitas. Padahal demokrasi menuntut persaingan berkualitas dan narasi konseptual,” ujarnya.
Golkar dan Doktrin Karya-Kekaryaan
Idrus juga menyinggung doktrin Partai Golkar tentang Karya Kekaryaan, yang ia sebut sebagai standar kepemimpinan ideal untuk bangsa. Menurutnya, seorang pemimpin hanya layak tampil jika memiliki karya nyata dan memberikan manfaat langsung bagi rakyat.
Ia menyampaikan bahwa politik harus menjadi ruang pengabdian, sejalan dengan nilai-nilai universal seperti amal shaleh, kasih sayang, serta berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Idrus juga menilai kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto sebagai contoh pelaksanaan program nyata yang fokus pada penyelesaian kebutuhan rakyat.
Tanggapan Idrus Soal Kepres Terkait Soeharto
Saat ditanya terkait Keputusan Presiden mengenai status Presiden Soeharto, Idrus menegaskan bahwa langkah Presiden Prabowo telah melalui kajian panjang dan mempertimbangkan fakta historis secara utuh.
“Prestasi Pak Harto sebagai pemimpin bangsa ini sangat luar biasa. Kita harus jujur melihatnya secara konstruktif,” kata Idrus.
Ia menyatakan bahwa setiap pemimpin—dari Bung Karno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, Jokowi, hingga Prabowo—memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai manusia.
Indonesia Rumah Bersama
Menutup diskusi, Idrus mengajak seluruh elemen bangsa untuk kembali merawat persatuan nasional berdasarkan semangat kekeluargaan dan gotong royong.
“Indonesia ini rumah besar bagi semua. Kepres sudah keluar, mari kita hormati. Dan mari kita bantu Presiden Prabowo memimpin bangsa ini dengan menghimpun seluruh kelebihan pemimpin-pemimpin sebelumnya,” ujarnya.
Diskusi berjalan hangat dan produktif, melahirkan komitmen bersama untuk menghidupkan kembali tradisi politik berbasis gagasan, ideologi, dan nilai-nilai kebangsaan.
(Anton)



















































