SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Hubungan antara negara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan perempuan dinilai memiliki peran strategis dalam membangun kesejahteraan sosial (Kesos). Negara hadir sebagai pengatur, pelindung, sekaligus fasilitator, sementara BUMN dan perempuan menjadi motor penggerak di sektor ekonomi maupun sosial.
“BUMN sebagai instrumen ekonomi negara berperan besar dalam mendorong pertumbuhan sekaligus menyediakan dana sosial melalui CSR,” kata Wakil Bendahara Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Tria Desi Sapoetro, dalam keterangan resminya, Rabu (3/9/2025).
Perempuan, Pilar Ekonomi Rakyat
Tria menegaskan, perempuan memiliki peran vital sebagai pilar keluarga sekaligus agen perubahan di masyarakat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menunjukkan, sekitar 64,5% UMKM di Indonesia dikelola perempuan, atau setara dengan 37 juta pelaku usaha. Angka ini menegaskan kontribusi besar perempuan dalam menjaga roda perekonomian rakyat.
Peran Negara dan BUMN
Konstitusi Indonesia mewajibkan negara melindungi seluruh rakyat, memajukan kesejahteraan umum, dan memastikan akses terhadap layanan dasar. Untuk itu, kata Tria, alokasi APBN harus adil, regulasi sosial diperkuat, dan kebijakan diarahkan pada kesejahteraan.
Dalam hal ini, BUMN memegang peran penting. Selain menyumbang penerimaan negara, BUMN juga:
- Menyediakan lapangan kerja,
- Mendukung UMKM,
- Menjalankan program tanggung jawab sosial (CSR).
Meski begitu, BUMN menghadapi dilema: menyeimbangkan orientasi keuntungan dan pelayanan publik. Karena itu, pengelolaan yang profesional dan akuntabel menjadi tuntutan utama.
Kesetaraan Gender di BUMN
Keterlibatan perempuan di sektor strategis juga terus meningkat. Kementerian BUMN mencatat keterwakilan perempuan di jajaran direksi naik dari 11% pada 2020 menjadi 25% pada 2023. Langkah ini dipandang sebagai kemajuan penting dalam mendorong kesetaraan gender.
Program pemberdayaan juga hadir, seperti PNM Mekaar yang fokus pada UMKM perempuan, hingga CSR Pertamina yang mendukung pelaku usaha kecil.
Tantangan dan Prospek
Meski kontribusi besar sudah terlihat, sejumlah tantangan masih menghantui, di antaranya:
- Ketimpangan gender,
- Perlindungan pekerja migran,
- Akses perempuan terhadap sumber daya ekonomi,
- Birokrasi yang lambat dan akuntabilitas BUMN yang masih lemah.
Namun, prospek ke depan terbuka luas. Tren ekonomi hijau, digitalisasi, kepemimpinan perempuan, serta penguatan tata kelola negara diyakini mampu memperkuat arah pembangunan berkelanjutan.
Sinergi Tiga Pilar
Menurut Tria, kolaborasi antara negara, BUMN, dan perempuan adalah kunci untuk membangun kesejahteraan sosial yang adil dan inklusif.
- Negara menyediakan kebijakan dan regulasi,
- BUMN mendukung melalui pendanaan dan program CSR,
- Perempuan menjadi agen perubahan di keluarga dan komunitas.
“Negara tidak bisa bekerja sendiri. BUMN harus menjadi mitra strategis pembangunan, dan perempuan harus diberi ruang luas untuk berpartisipasi. Kolaborasi ini adalah kunci menuju kesejahteraan sosial yang adil, inklusif, dan berkelanjutan,” pungkas Tria.
(Anton)




















































