SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Muzani menghadiri gelar acara Pembukaan Muktamar Ke-VII dan Reuni Akbar Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KBPII), di Grand Sahid, Jakarta, Jumat Malam (13/9/2024).
Acara yang mengusung tema sentral ‘Menguatkan Amal Usaha Berkontribusi Membangun Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045’ ini, dihadiri banyak tokoh nasional antara lain Ketua Dewan Kehormatan PP KBPII Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pertimbangan PP KBPII Soetrisno Bachir, Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid serta seluruh pengurus pusat, wilayah dan daerah KBPII.
Dalam sambutannya, Pimpinan MPR dari Partai Gerindra ini mengajak para alumni dan kader PII untuk tetap menjaga persaudaraan, persatuan, kerukunan serta kebersamaan.
Hal lainnya, Ahmad Muzani mengungkapkan bahwa rata-rata alumni PII adalah orang-orang atau tokoh-tokoh yang ‘didengar’ di daerahnya, di wilayahnya, di kampungnya dan alumni rata-rata punya pondok pesantren, punya unit usaha dan kegiatan-kegiatan yang memperkerjakan. Menurutnya, kelebihan itu bisa dimaksimalkan untuk menggerakkan orang-orang di sekitar, untuk menciptakan optimisme, untuk menciptakan keyakinan kecerahan masa depan untuk semua.
“Jika upaya itu dilakukan, maka insya Allah optimisme akan kecerahan masa depan akan menjadi kenyataan. Dengan begitu, Indonesia menjelang usia100 tahun yang akan datang, mudah-mudahan anak-anak kita, adik-adik kita akan mampu mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” ujar Muzani.
Berbicara soal kualitas dan kuantitas generasi muda penerus kepemimpinan bangsa, lanjut Ahmad Muzani, harus dimulai dari sekarang. Perlu diketahui, penduduk Indonesia rata-rata bertambah satu persen dari 270 juta penduduk, yakni sekitar 2,7 juta orang penduduk Indonesia tiap tahun bertambah. Tingkat pendidikan rakyat Indonesia rata-rata tamat SD sekitar 90 persen, dengan tingkat pendidikan, tamat SMP 50 persen, tamat SMA lebih rendah lagi dan perguruan tinggi rata-rata 10 persen saja.
“Fakta ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang kita miliki, masih cukup rendah. Setiap pemimpin harus memikirkan Bagaimana nasib 2,7 juta orang itu. Hal ini juga memerlukan partisipasi yang kuat dari seluruh masyarakat bukan hanya pemerintah, agar kita bisa membangun negara lebih kuat lagi karena cita-cita kita berorganisasi, cita-cita kita bernegara adalah menjadikan setiap insan memiliki kehidupan yang lebih baik lagi,” katanya.
Sementara itu, lanjut Ahmad Muzani, selain masalah dan tantangan dari dalam, bangsa ini masih menghadapi berbagai macam tantangan serta situasi dunia yang makin tidak jelas. Semua negara sekarang berebut pangan, ancaman peperangan di mana-mana mulai terjadi dan semua negara sekarang berebut sumber energi bahkan sumber air. Sehingga kebutuhan bangsa akan munculnya generasi muda yang berkualitas semakin menjadi kebutuhan.
“Mungkin diantara generasi saya dan seterusnya di masa depan harus bergeser. Karena itu, kita harus mempersiapkan generasi-generasi berkualitas yang akan datang. Maka saudara-saudara sekalian, alumni dan kader harus mempersiapkan diri untuk menjadi pemimpin yang akan datang,” imbuhnya.
Ditegaskan Ahmad Muzani, kesadaran untuk menjadi pemimpin itu harus digugah kepada setiap orang, meskipun sebuah kemungkinan itu tidak terjadi. Dan di PII itu dimungkinkan. Di PII ada latihan untuk menjadi pemimpin dari kelas SMP dan seterusnya.
“Saya sendiri dulu jadi ketua PII, yang saya pimpin itu orang-orang yang lebih besar dari saya. Itu sebabnya, apa yang menjadi gagasan Pak Jusuf Kalla harus diperhatikan terutama soal, kita harus memperkuat akar PII. Karena sesungguhnya masa depan alumni PII ada di PII yang sekarang ini,” ujarnya.
Ahmad Muzani berharap, ke depan alumni PII bisa memberi kontribusi yang lebih baik lagi bagi pembangunan bangsa dan negara, baik pembangunan politik, pembangunan ekonomi, pembangunan pendidikan dan semua sektor kehidupan yang akan datang.
“Dan mudah-mudahan alumni PII ke depan bisa menjadi orang-orang yang menjadi panutan baik kehidupan bangsa dan negara. Yang kita mimpi adalah suatu hari entah kapan terjadi alumni PII bisa menjadi pemimpin bangsa. Siapa tahu di antara anak-anak didik kita, entah kapan waktu, jalan itu terbuka dan itulah kontribusi nyata kita buat Indonesia Raya,” tandasnya. (Agus M)