SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, menegaskan, pasokan minyak goreng di Indonesia dalam kondisi melimpah.
Hal itu Itu merupakan hasil dari kebijakan domestic market obligation (DMO). Selain melimpah, harga dalam negeri juga jauh lebih rendah dari harga internasional yang sedang tinggi.
Lutfi menyampaikan, berdasarkan pendataan Kemendag periode 14 Februari-8 Maret 2022, total ekspor minyak sawit (CPO) dan turunannya mencapai 2.771.294 ton.
Adapun, total pasokan yang dikumpulkan dengan mekanisme DMO sebanyak 573.890 ton atau 20,7 persen dari total volume ekspor tersebut. Jumlah itu, terdiri dari CPO sebanyak 110.004 ton dan RBD Olein 463.386 ton.
“Dari total minyak sawit DMO itu, sudah terdistribusi 415.787 ton dalam bentuk minyak goreng curah dan kemasan,” kata Lutfi dalam konferensi pers, Rabu (9/3/2022).
Ia mengatakan, jumlah yang terdistribusi itu melebihi kebutuhan konsumsi satu bulan yang mencapai 327.321 ton.
“Hasil DMO ini sudah melimpah dan lebih dari cukup untuk satu bulan. Jadi bukan basah minyak goreng lagi, tapi becek,” kata Lutfi menambahkan.
Adapun soal harga, telah ditetapkan sebesar Rp 9.300 per kg untuk CPO dan Rp 10.300 per kg untuk RBD olein. Sementara, harga internasional masih cukup tinggi yakni dikisaran Rp 17.561 per kg per Selasa (8/3/2022).
Data itu sekaligus mencerminkan, seluruh pasokan minyak goreng yang saat ini beredar telah menggunakan minyak sawit hasil DMO dengan harga rendah.
Lutfi menegaskan, stok DMO sama dengan milik pemerintah yang harus didistribusikan di dalam negeri karena Kemendag memiliki kewenangan untuk itu.
Namun, Mendag mengakui terjadi kebocoran minyak goreng murah hasil DMO di tingkat distributor yang menyebabkan harga tertahan tinggi hingga pekan ini.
Kebocoran distribusi itu, kata Lutfi, disebabkan karena minyak goreng harga murah itu sebagian disalurkan ke industri dan diselundupkan ke luar negeri mengikuti harga internasional yang relatif tinggi ketimbang harga jual domestik.
Selain itu, kebocoran distribusi itu juga terjadi pada alur distribusi di tingkat D1 dan D2. Menurut Lutfi masih ada sejumlah spekulan di dalam negeri yang menahan pasokan sembari menunggu pemerintah bakal mencabut kebijakan harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng hasil DMO tersebut.
“Ada yang menimbun di D1 dan D2 dijual di industri dan menyelundupkan ke luar negeri karena mereka beli murah, ada spekulasi bahwa HET ini akan dicabut saya tegaskan tidak ada rencana atau pemikiran untuk mencabut HET ini,” kata Lutfi.
Lutfi menegaskan, kebijakan DMO sebenarnya sudah menjaga ketersediaan minyak goreng murah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga 1,5 bulan ke depan.
“Kalau minyak DMO ini dijual ke industri dengan harga internasional, ini tindakan melawan hukum yang akan kita berantas, per kemarin itu sudah ada 415 juta liter minyak goreng DMO hanya 20 hari, barangnya ini melimpah sebenarnya,” kata dia.
Mendag akan menindak tegas oknum distributor yang menahan pasokan minyak goreng. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi geram setelah mengetahui distributor menahan pasokan minyak goreng hasil DMO.
Lutfi membeberkan motif menahan pasokan itu dilatarbelakangi spekulasi jika pemerintah bakal mencabut ketentuan harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng akibat harga minyak nabati di pasar dunia yang melonjak sejak awal tahun ini.
“Orang sedang berspekulasi bahwa pemerintah akan mencabut HET yang tidak akan saya cabut dan kita punya minyak yang sangat banyak, kita tahu minyaknya sekarang di mana, kalau mereka tidak keluarkan akan kami tidak tegas,” kata Lutfi.
Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kemendag, harga minyak goreng curah masih tertahan tinggi di angka Rp16.000 per liter pada Senin (7/3/2022).
Sementara itu, harga minyak goreng kemasan sederhana berada di angka RP16.600 atau mengalami kenaikan 0,61 persen dari posisi Rp16.500 pada Jumat (4/3/2022).
Harga itu relatif terpaut lebar dari harga eceran tertinggi atau HET yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk minyak goreng curah sebesar 11.500 per liter.
Sementara di beberapa pasar tradsional, harga minyak goreng masih di angka Rp17.000, Rp18.000 bahkan sampai Rp20.000. (wwa)