SUARAINDONEWS.COM, Kalimantan Tengah-Pengelolaan lahan gambut pada gilirannya akan menguntungkan secara finansial bagi masyarakat, selain memperbaiki ekosistem gambut itu sendiri. Disinilah pentingnya melibatkan masyarakat guna mengembangkan ekosistem gambut menjadi ekowisata.
Demikian antara lain yang mengemuka dalam FGD Pengembangan Produk Wisata Berbasis Ekosistem dan Kearifan Lokal Masyarakat Sekitar Hutan Gambut di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Penyelenggaranya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (Puslitbang Hutan), Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, berlangsung di Aula Bappeda Kabupaten Kabupaten Pulau Pisang, Kalimantan Tengah, Selasa (24/11).
Mewakili Kepala Puslitbang Hutan KLHK, Kepala Bidang Kerjasama dan Diseminasi Puslitbang Hutan KLHK, Ahmad Gadang Pamungkas mengatakan kegiatan ini merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian kepada para pihak.
“Kami ditopang oleh tim peneliti yang kredibel dan analisis berkualifikasi tinggi. Oleh karena itu, saran dan masukan kami kepada Pemerintah Daerah, mempunyai kompatabilitas, adaptif dan mempertimbangkan banyak hal untuk bisa dilaksanakan, baik oleh Pemerintah Daerah, masyarakat, maupun berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata khusus di Kabupaten Pulang Pisau,” kata Ahmad Gadang.
Sementara itu, Dr. Endang Karlina, selaku Ketua tim Kajian Pembangunan Wisata Alam Ekosistem Gambut, menyampaikan timnya mengkaji, menggali potensi, menjadikan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, dan mengemasnya menjadi objek wisata.
Sejak pertengahan Oktober, Tim Kajian bermitra dengan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Kalimantan Selatan, melakukan koordinasi, dan diskusi dengan para stakeholder, serta identifikasi ekosistem gambut, dan budaya kearifan lokal.
Bersama masyarakat, timnya juga membangun sarana dan memfasilitasi wisata budaya di Desa Gohong dan Desa Buntoi, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah.
Endang menyebutkan bahwa dari sisi kearifan lokal masyarakatnya identik dengan sungai.
“Dari situlah kita mengembangkan wisata susur sungai, misalnya. Kemudian setiap desa, bahkan rumah mempunyai dermaga. Kami membuat dermaga yang multifungsi dan manfaat, misalnya sebagai spot swafoto, dan menjadi indentitas desa tersebut. Jadi, gerbangnya wisata setiap desa itu dari dermaga yang ditata dengan baik,” kata Endang.
Kegiatan pembangunannya dilakukan secara padat karya, dengan menggunakan bahan baku yang berasal lahan budi daya masyarakat. Sebut saja, bahan baku rotan, bambu, dan gelam. Begitu juga penyusunan desain, disesuaikan dengan budaya setempat.
Tahap selanjutnya, memformulasikan komponen-komponen potensi itu menjadi rangkuman strategi pengembangan wisata minat, khusus di Kabupaten Pulang Pisau.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Pulang Pisau, Hanafi, yang mewakili Plt. Bupati Kabupaten Pulang Pisau, menyampaikan apresiasi kepada tim kajian dari Puslitbang Hutan KLHK, yang telah memberikan skema dalam menggali potensi kearifan lokal budaya yang layak dikembangkan menjadi objek wisata.
“Kabupaten Pulang Pisau banyak memiliki potensi tersebut. Kami harus memanfaatkan segala potensi yang ada. Selanjutnya, membangun, menata kawasan ekosistem gambut dengan baik, untuk mencapai tujuan pengelolaan gambut berkelanjutan, yang berdampak positif bagi masyarakat,” urai Hanafi.
Hanafi mengamini bahwa pariwisata yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif bagi lingkungan, perekonomian, dan sosial budaya masyarakat. Selain itu, minat wisata juga telah berubah kea rah yang berorientasi pendidikan dan konservasi.
Tampak hadir dalam kegiatan FGD ini para narasumber dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Bappeda Kabupaten Pulang Pisau, Dinas Pariwisata Kabupaten Pulang Pisau, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pulang Pisau.
Demikian pula Camat Kahayan Hilir, Kepala Desa, Pokdarwis, dan Bumdes se-Kecamatan Kahayan Hilir, serta perwakilan Universitas Lambung Mangkurat.
Kegiatan pengembangan Ekowisata Berbasis Ekosistem Gambut dan Kearifan Lokal di Kabupaten Pulang Pisau ini juga merupakan bagian dari peran KLHK dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional.
Selain berperan penting sebagai sebuah ekosistem yang berperan dalam pencegahan perubahan iklim, ekosistem gambut juga berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memaksimalkan potensi lahan gambut dalam sektor pariwisata. (Tumpak S)