SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Apakah Anda tahu, apa itu kutil kelamin? Sejauh mana menyiksa diri kita? Kutil kelamin (genital warts) atau kondiloma akuminata masih seringkali diremehkan, padahal sekitar 50% dari kasusnya bisa bertransformasi menjadi penyakit yang ganas seperti kanker serviks.
Sangat penting bagi masyarakat, khususnya kaum perempuan untuk memahami, bagaimana mencegahnya dan bagaimana nenanganinya kutil kelamin jika telah terjadi. Salah satu kunci penanganannya yaitu vaksin HPV.
Deteksi dini kutil kelamin serta penegakkan diagnosis perlu dilakukan melalui pemeriksaan klinis. Jika sudah terkena penyakit ini, maka penderitanya tidak boleh lagi acuh tak acuh, karena sebenarnya pengobatan terhadap kutil kelamin tergolong sulit dan butuh waktu yang lama. Terapi yang tepat dan kepatuhan dalam terapi menjadi sangat penting, sehingga kutil kelamin tidak semakin parah dan tidak kambuh di kemudian hari. Vaksin HPV yang sebelumnya digunakan sebagai pencegahan, juga perlu diulang kembali setelah mengalami kutil kelamin, tentu saja lewat konsultasi dengan dokter kulit dan kelamin yang tepat.
Dokter. Athony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO dari Kkinik Pramudia, Jakarta, Rabu (24/5/2023), menjelaskan bahwa kutil kelamin menjadi Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling banyak ditemukan pada praktk sehari-hari. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi klinik Pramudia, karena hampir semua yang datang berobat sudah dalam kondisi tahap lanjut karena kurang “aware”, sulit untuk jujur dan terbuka, serta belum punya kesiapan mental untuk melakukan pengobatan. Hal ini yang mendorong kliniknya senantiasa melakukan edukasi lewat media massa, serta berupaya mendukung masyarakat untuk berani jujur karena sembuh gak perlu malu.
“Kutil kelamin, yang diakibatkan oleh Human Papilloma Virus (HPV), meskipun umum terjadi, namun memberikan efek tidak hanya sakit fisik tetapi juga mental penderitanya,” ujar Anthony Handoko.
Terkait tipe HPV, yang paling sering mengakibatkan Kutil Kelamin, ujar Anthony, yaitu tipe 6 dan tipe 11, sebanyak 90-95% kasus. Pada data statistik dunia, insiden kutil kelamin dilaporkan 160-289 kasus 100.000 penduduk per tahun dan kasus baru pada perempuan 76-191 per 100.000 penduduk di Indonesia. Laporan kasus kutil kelamin di Bali selama 3 tahun (2015-2017) didapatkan sebanyak 260 dari 4743 (5,47%) orang menderita kutil kelamin, sedangkan di Surabaya ditemukan 318 dari 3674 (8,7%) orang dengan kutil kelamin.
“Tipe HPV yang menyebabkan kutil kelamin memang tidak sama dengan tipe HPV yang menyebabkan kanker serviks. Namun, dalam beberapa kasus, ketika kutil kelamin terjadi pada leher rahim atau di dalam vagina, dapat menyebabkan perubahan serviks (displasia) yang pada akhirnya bisa berujung pada kanker serviks sebagai bentuk komplikasinya,” tandas dokter Anthony.
Sementara itu menurut Amelia Setiawati, dokter spesialis dermatologi venereologi, penularan kutil kelamin sebagian besar melalui hubungan atau kontak seksual antara kulit dengan kulit maupun dengan mukosa yang basah dan lembab. Terkait lokasi, kutil dapat ditemukan di area vulva (labia mayora, minora, liang vagina), servik (leher rahim), perineum (area antara alat kelamin luar dan anus), area sekitar anus dan sekitarnya. Ketika seseorang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi HPV, maka kemungkinan 75% dari mereka akan tertular virus ini dan akan mengalami kutil kelamin.
Ditambahkannya, virus ini juga dapat ditularkan dari ibu ke anak saat melahirkan. Meskipun jarang terjadi, kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi dengan HPV (fomites) juga dapat mengakibatkan transmi HPV. Masa inkubasi kutil kelamin berkisar 2 minggu hingga bulan dan kelainan kulit dan mukosa umumnya akan mulai nampak 2-3 bulan setelah kontak.
“Bentuk kutil akan berbeda, tergantung pada lokasinya. Bentuk yang menyerupai kembang kol dapat ditemukan pada area mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut seperti di sekitar labia minora dan liang vagina. Kemudian bentuk bintil keabuan gelap pada umumnya dapat ditemukan pada batang penis, area sekitar anus dan perineum,” jelas dr. Amelia.
Kutil kelamin lanjutnya, tentu bisa dicegah, khususnya lewat langkah pertama yaitu vaksin HPV. Inilah yang disebut “life before genital warts”, perlu ada pertahanan yang kuat. Vaksin HPV memiliki efektifitas yang sangat tinggi dalam mencegah infeksi HPV pada serviks bila diberikan sebelum terjadi paparan terhadap virus, tepatnya sebelum aktif secara seksual (usia 9-12 tahun).
“Beberapa penelitian dan data terkini pun menunjukkan bahwa vaksin ini pertama kali direkomendasi pada tahun 2006 infeksi HPV yang menyebabkan kanker dan kutil kelamin telah berkurang 88% pada remaja dan 81% pada perempuan dewasa,” paparnya.
Sedangkan dr. Yustin Sumito, SpKK, pada kesempatan yang sama di Klinik Pramudia menjelaskan, bahwa kekambuhan dan kesembuhan kutil kelamin pada dasarnya tergantung bagaimana seseorang menjalani “after genital warts”. Bagaimana pasien penuh terhadap pengobatan, bagaimana status imunodefisiensi, serta melakukan tindakan preventif agar tidak terjadi kekambuhan. Namun secara umum, pasien dengan kutil kelamin menunjukkan respon terhadap terapi dalam kurun waktu 3 bulan.
Pada praktiknya kata dr Yustin Sumito, angka kekambuhan yang cukup tinggi masih menjadi tantangan utama dalam tatalaksana kutil kelamin. Kekambuhan kutil kelamin yang tinggi menimbulkan kesulitan dalam menegakkan tekanan psikologi pada pasien, seperti inferiority complex, rasa tertekan, rasa panik, ansietas, dan depresi.
“Pada intinya, evaluasi berkala dan edukasi yang baik dalam bentuk konseling pasien merupakan hal yang harus dilakukan oleh klinisi, untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Selain itu, vaksin sebelum dan sesudah terjadinya kutil kelamin juga tidak kalah penting. Hal ini tentu untuk lebih menjaga tubuh agar mampu menangkal virus HPV di kemudian hari,” tutupnya. (Ahmad Djunaedi)