SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk saling berbagi praktik baik dan mempererat gotong royong dalam mengimplementasi Kurikulum Merdeka secara masif.
Nadiem meyakini prinsip Kurikulum Merdeka yang adatif dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi, sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, fleksibel, sehingga guru dapat leluasa menciptakan pembelajaran, serta berfokus pada kebutuhan murid, merupakan kelebihan dan pembeda kurikulum.
“Setiap anak Indonesia berhak untuk mendapatkan pembelajaran yang jauh lebih baik berkualitas, jauh menyenangkan, dan jauh lebih bermakna,” kata Nadiem Makarim, saat memberi sambutan acara Puncak Festival Kurikulum Merdeka di Kompleks Kemendikbudristek, Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Dijelaskannya, Kurikulum Merdeka, hadir untuk menuntaskan persoalan krisis pembelajaran (learning crisis) yang sudah berlangsung lama ditambah kehilangan pembelajaran (learning loss) akibat Pandemi Covid-19, dengan berfokus pada materi pembelajaran yang lebih esensial, menyenangkan, relevan, dan mengutamakan perkembangan kompetensi peserta didik. Melalui Kurikulum Merdeka, tidak ada lagi guru yang diburu-buru untuk menyelesaikan pembelajaran.
Dikatakan Nadiem, cerita inspiratif tentang penerapan Kurikulum Merdeka, diharapkan dapat mendorong guru untuk mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan memberikan ruang kepada para pelajar dalam mengembangkan minat dan potensinya.
“Saya dengar ada Kepala Sekolah TK di Kuningan yang membawa muridnya ke peternakan sapi untuk belajar langsung tentang hewan, alam, dan lingkungan sekitar. Selain iu, ada guru SD di Aceh yang mengajak para muridnya belajar mengelola sampah menjadi pupuk organik untuk menyelesaikan persoalan penumpukan sampah yang ada di sekolah mereka,” ujar Nadiem Makarim Mengapresiasikan.
Dalam kesempatan acara tersebut, Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo, mengungkapkan bahwa penerapan Kurikulum Merdeka dengan baik adalah sebuah proses belajar untuk mengubah cara pandang dan praktik pembelajaran, dari mengajar sebagai menyelesaikan materi yang ada di kurikulum, menuju paradigma yang lebih berorientasi pada murid.
“Karena ini adalah proses yang membutuhkan waktu Kemendikbudristek menerapkan Kurikulum Merdeka secara bertahap. Mulai dari pengembangan prototipenya pada tahun 2020. Kemudian uji coba di sekitar 3.000 satuan pendidikan pada tahun 2021, penerapan secara sukarela pada tahun 2022 yang diikuti 140 ribu satuan pendidikan dan penerapan sukarela lagi pada tahun ini, yang insya Allah akan diikuti lebih banyak lagi, yaitu 160 ribuan satuan pendidikan,” terangnya.
Anindito menambahkan, proses ini menjadi penting, sehingga tahun depan ketika kurikulum Merdeka ditetapkan sebagai kurikulum nasional, sebagian besar sekolah sebenarnya sudah secara sukarela berganti dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka.
Anindito mengingatkan juga, perubahan ke Kurikulum Merdeka hanyalah permulaan, awal dari proses untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Jangan sampai perubahan kurikulum berhenti pada formalitas dan status administratif belaka. (Ahmad Djunaedi).