SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Enam puluh petugas Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia bekerja keras mengevakuasi koleksi MNI. Tim tersebut terdiri dari Tim Evakuasi, Tim Identifikasi, dan Tim Laboratorium Konservasi, bersama dengan pihak Kepolisian dan Penanganan Prasarana dan Sarana Umum Pemerintah DKI Jakarta.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Hilmar Farid, mengemukakan, keterlibatan para ahli, baik dalam dalan maupun luar negeri, dalam upaya pemulihan MNI adalah bukti nyata bahwa kekayaan budaya kita adalah warisan bersama yang membutuhkan kolaborasi berbagai pihak.
“Bersama-sama, kami meyakini bahwa museum ini bukan hanya tentang mengembalikan bangunan fisik, tetapi juga menghidupkan kembali jiwa dan sejarah yang ada di balik setiap artefak. Terimakasih atas kontribusi berharga dari para ahli dalam menjaga warisan budaya kita tetap hidup,” seloroh Hilmar, dalam diskusi terbatas bersama ahli konsevator, arkeologi, antropologi, budayawan, sejarawan kurator, dan akademisi di Jakarta, Jumat (22/09/2023).
Dalam diskusi tersebut hadir Fabien Penone, Duta Besar Prancis untuk Indonesia. Seperti diketahui, Prancis salah satu negara yang pernah mengalami musibah kebakaran Katedral Notre-Dame. Katedral ini merumahi benda-benda bersejarah dan mengalami kebakaran pada tahun 2019. Hingga sekarang pun upaya restorasi dan pemugaran masih dilakukan.
“Kami turut berduka atas musibah yang terjadi di Museum Nasional Indonesia. Apresiasi setinggi-tingginya atas langkah Tim Museum Nasional Indonesia, dalam menjalankan tugas pemugaran koleksi sejarah yang berharga. Kolaborasi dengan pihak internasional, merupakan langkah yang bijaksana. Kami berkomitmen untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam upaya pemulihan ini,” kata Dubes Prancis.
Sementara itu, Plt. Kepala Badan Layanan Museum dan Cagar Budaya (MCB), Ahmad Mahendra mengungkapkan, estimasinya, Tim Evakuasi Penyelamatan Koleksi MNI berkomitmen pada prioritas penyelamatan dan evakuasi dengan sebaik-baiknya serta tidak mengorbankan kondisi koleksi yang sebagian telah rusak. Sehingga proses ini tidak terpaut pada orientasi target waktu.
“Pasca diperbolehkannya penyelamatan koleksi yang terdampak empat hari lalu, semangat kerja keras mereka tercermin dalam pencapaian pengidentifikasian 126 kokeksi benda bersejarah berdasarkan data yang diperoleh pada hari Rabu (20/9). Jumlah tersebut masih bertambah hingga hari ini dan belum termasuk bagian atau fragmen koleksi yang ditemukan dan berhasil dievakuasi.
Adapun dalam proses penanganan koleksi benda-benda bersejarah yang terdampak, terdapat empat tahapan yang dilewati.
Pertama, adalah proses evakuasi, dilanjutkan ke proses identifikasi. Setelah pendataan dilaksanakan proses kedua, yakni identifikasi tahap awal, koleksi benda bersejarah yang akan memasuki tahapan selanjutnya, tahap ketiga, yakni proses klasifikasi. Proses klasifikasi merupakan tahap untuk menentukan tingkat kerusakan pada koleksi benda bersejarah yang terdampak hingga tahap keempat yaitu penanganan untuk pemulihan dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.
Tahapan-tahapan ini sangat teknis dan kompleks, serta membutuhkan strategi yang memastikan keamanan koleksi maupun tim yang menjalankan. Seluruh proses ini akan dijadikan laporan untuk menyusun rencana restorasi dan pengamanan ke depannya.
“Kami tetap berjuang dari pagi sampai malam setiap harinya, meskipun masih ada area yang belum aman dari risiko bangunan yang runtuh. Prioritas kami adalah memastikan proses evakuasi berjalan lancar dan progresif setiap hari. Dalam penanganan proses penanganan ini, kami mengandalkan kelompok tim khusus yang terampil dalam teknik pengangkutan menggunakan alat berat secara hati-hati,” tutup Mahendra. (Ahmad Djunaedi).