SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran, menjadi sorotan utama dalam arena ekonomi Indonesia. Pelemahan tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) diyakini menjadi salah satu dampak langsung dari situasi konflik tersebut. Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi, menyoroti urgensi langkah-langkah antisipatif dari pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Dalam sebuah pertemuan dengan Parlementaria di kediaman Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar pada Sabtu (20/4/2024) lalu, Fathan Subchi menggarisbawahi perlunya penguatan cadangan fiskal dan penjajakan langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak internasional. “Kita harus menjaga inflasi, menjaga daya beli, dan melakukan langkah-langkah pengetatan ikat pinggang serta menahan belanja-belanja yang tidak prioritas,” tegasnya.
Fathan menekankan bahwa situasi konflik di Timur Tengah merupakan hal yang tidak terprediksi, sehingga pemerintah dan stakeholder terkait harus serius menyusun langkah-langkah antisipatif. Dia juga mengharapkan agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera bertindak untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih buruk di wilayah tersebut.
“Kita tidak tahu sampai kapan ketegangan antara Iran dan Israel berlanjut. Jika situasinya tidak membaik hingga Agustus atau September, maka kita akan mengalami situasi yang sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.
Selain itu, Fathan juga menyampaikan laporan dari Menteri Keuangan yang menunjukkan stabilitas sektor pemasukan. Namun, ia berharap adanya peningkatan harga beberapa komoditas unggulan untuk menguatkan ekonomi Indonesia.
Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga menjadi sorotan Fathan dalam menjaga ketahanan ekonomi Indonesia. “Kita berharap bauran kebijakan dan langkah-langkah antisipatif mampu menyelamatkan dan menjaga ekonomi nasional,” tandasnya.
Tren penguatan Dolar AS terhadap Rupiah telah terlihat sejak akhir kuartal 3 tahun 2024. Rupiah kini mencapai level Rp16.000 per Dolar AS pada perdagangan akhir pekan kedua April 2024, dan terus bergerak di kisaran tersebut hingga awal pekan keempat. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan semua pihak terkait guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian geopolitik yang mengancam.
(Anton)