SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Dalam lanskap industri otomotif yang kian kompetitif, terutama di ranah kendaraan cerdas, China mengambil langkah tegas: keselamatan harus berjalan lebih dulu sebelum inovasi melaju lebih jauh.
Minggu lalu, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) China menggelar pertemuan penting dengan puluhan produsen mobil. Pesan utamanya jelas: teknologi bantuan pengemudi harus dikendalikan dengan ketat — bukan untuk menghambat kemajuan, tapi untuk memastikan setiap kemajuan benar-benar aman dan dapat dipertanggungjawabkan.
Teknologi Canggih, Tapi Jangan Salah Kaprah
Dalam pernyataan resminya, MIIT menyebut bahwa produsen harus transparan tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh teknologi bantuan pengemudi.
Artinya, tidak boleh lagi ada iklan yang menggambarkan fitur bantuan sebagai “autopilot” atau bahkan “self-driving”, jika kenyataannya pengemudi tetap perlu hadir secara aktif.
Lebih dari itu, pengemudi harus terus memegang kemudi, bahkan saat fitur bantuan diaktifkan.
Uji Coba Dibatasi, Keamanan Diutamakan
Pejabat MIIT juga menetapkan aturan: tidak ada uji coba dengan pelanggan sebelum produk benar-benar matang. Ini termasuk pelarangan demonstrasi fitur seperti parkir otomatis di mana pengemudi meninggalkan mobil saat mobil memarkir sendiri.
Sebelumnya, fitur seperti ini telah menjadi sorotan karena inovatif, tetapi belum tentu aman dalam skenario dunia nyata.
Belajar dari Kecelakaan: Xiaomi SU7 Jadi Titik Balik
Langkah tegas ini muncul tidak lama setelah kecelakaan fatal yang melibatkan kendaraan listrik Xiaomi SU7, yang menewaskan tiga orang.
Fitur Navigate on Autopilot telah diaktifkan 20 menit sebelum kecelakaan. Sistem bahkan telah memberi peringatan bahwa pengemudi tidak memegang setir. Tapi hanya beberapa detik setelah peringatan tentang rintangan di jalan, kendaraan itu menghantam pembatas beton.
Satu insiden bisa menjadi titik balik — atau peringatan keras.
Inovasi Harus Bertanggung Jawab
Sejak Februari lalu, pemerintah China sudah mulai memperketat pengawasan terhadap pembaruan software atau over-the-air (OTA). Pembaruan besar kini harus melalui persetujuan pemerintah — bukan sekadar klik “update”.
Tujuannya jelas: menghindari perbaikan instan terhadap produk yang belum siap dilempar ke pasar.
Dari “Full Self Driving” Menjadi “Advanced Assistance”
Perubahan sudah mulai terjadi. Tesla, misalnya, telah mengganti nama fitur Full Self Driving di China menjadi “Advanced Driver Assistance Function”, sebuah penyesuaian yang tidak hanya bersifat semantik — tapi mencerminkan perubahan tanggung jawab.
Masa Depan Mobil Cerdas: Cepat Tak Harus Ceroboh
Produsen seperti Li Auto, Xpeng, dan BYD berlomba-lomba memperkenalkan fitur cerdas ke pasar. Tapi dengan regulasi baru ini, “kecepatan peluncuran” mungkin harus dikorbankan demi kualitas dan keamanan.
Mobil pintar memang masa depan. Tapi masa depan tidak boleh dibangun di atas kepercayaan yang rapuh dan sistem yang belum matang.
Langkah Tegas Ini Bukan Mundur, Tapi Mengarahkan Langkah Lebih Jauh ke Depan
Teknologi bukan sekadar tentang siapa yang lebih dulu, tapi siapa yang lebih siap dan bertanggung jawab. Regulasi ini mungkin membuat para pelaku industri harus melambat — tapi justru demi memastikan bahwa ketika teknologi itu tiba, ia benar-benar siap untuk menjaga, bukan membahayakan.
(Anton)