SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Apabila kita mengalami kebotakan atau rambut tipis, transplantasi rambut bisa menjadi terapi. Tentunya, pasien perlu melakukan konsultasi yang tepat ke dokter spesialis kulit.
Terapi tanam rambut atau transplantasi rambut merupakan rangkaian operasi di kulit kepala yang dilakukan dengan memindahkan sel rambut yang sehat ke area yang mengalami kebotakan.
Dengan transplantasi rambut, pasien dapat memiliki rambut secara permanen. Masalahnya, kapan perlu dilakukan transplantasi rambut?
Berikut penjelasan dua pakar kedokteran terkait transplantasi rambut, di Jakarta, Senin (13/3/2023)

dr. Firman Parrol, Sp.DV.E, Spesialis kulit dan Kelamin dari Klinik Bamed Hair Care mengatakan, transplantasi rambut merupakan sebuah metode pengambilan rambut sehat dari donor untuk dipindahkan ke area yang mengalami kebotakan. Transplantasi rambut tidak hanya dilakukan untuk rambut kepala, namun juga rambut ketiak, alis, kelamin dan lainnya.
Menurutnya terdapat dua teknik transplantasi rambut, pertama Follicular Unit Transplantasi (FUT) dan Follicular Unit Extraction (FUE).
Masing-masing teknik memiliki keunggulan dan kekurangan, namun FUE lebih sering digunakan karena skar lebih kecil, penyembuhan lebih sedikit, persiapan graft minimal dapat digunakan untuk transplantasi rambut di area selain kepala, dapat dilakukan walaupun area skala minim, risiko kerusakan syaraf dan perdarahan masih lebih kecil.
Salah satu perkembangan terbaru teknik FUE adalah FUE Sapphire. Kelebihan teknik baru ini adalah hasil lebih natural, sangat aman, terdapat efek antibacterial sehingga proses penyembuhan lebih cepat dan risiko infeksi setelah tindakan sangat kecil, risiko alergi kevil lebih presisi penyembuhan lebih cepat, dan tidak merusak jaringan kulit,” jelasnya.
“Transplantasi rambut dapat digunakan saat kondisi seperti, Alosia Ansogenetika pada pria, famale pattern hair loss, Alopesia skar sekunder (pasca trauma, luka bakar, radioterapi, bedah), Alopesia triangular temporal, mundurnya garis rambut frontalis dan Alopesia akibat traksi, alis rontok (trauma, paskahbedah, dicabuti) dan kerontokan bulu mata, janggut, bulu pubis. Kondisi lain yang belum disebutkan di atas mungkin dapat dilakukan tindakan transplantasi rambut namun penting dikonsultasikan dengan dokter spesialis dermatologi dan venereologi terlebih dahulu,” katanya.
Menurut dokter Firman Parrol, transplantasi rambut sebaiknya dilakukan jika pasien sudah lebih berusia dari 20 tahun, memiliki rambut donor yang cukup tebal, dan memahami persepsi yang baik terhadap tindakan transplantasi rambut.
Pasien yang kerontokannya masih progresif tidak disarankan melakukan transplantasi rambut karena kerontokannya masih mungkin bertambah. Penting ditekankan agar pasien memiliki ekspektasi yang realistis terhadap hasil tindakan sehingga tidak kecewa di kemudian hari.

Sementara itu, dokter Mohammad Yoga Adi Waskito, Sp.D.V.E, Spesialis Kulit dan Kelamin, lainnya menjelaskan bahwa terdapat banyak jenis kelainan rambut yang dapat dialami seseorang. Kerontokan merupakan salah satu masalah rambut yang paling sering dialami.
Kerontokan rambut yang berlebih dapat menyebabkan kebotakan (Alopesia). Kebotakan akibat pengaruh hormonal atau disebut Alopesia Androgenetika (AGA), terjadi hampir 50% penduduk dunia. Alopesia Areata (AA) terjadi pada 2,11% penduduk dunia.
Di Indonesia, lima permasalahan rambut terbanyak adalah sebagai berikut: Alopesia Areata (50%), Alopesia Androgenetika (31,2%), Telogen Effluviun (14%), Alopesia Sikatrisial (3,1%) dan Trikotilomania (1,6%).
“Penyebab kelainan pada rambut dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bawaan (genetik) dan didapat. Faktor penyebab yang didapat mencakup efek samping obat, efek hormon, setelah melahirkan, stres, dan perawatan rambut yang salah. Perawatan rambut yang salah, seperti sering mewarnai rambut, mencuci rambut secara berlebihan, pemanasan rambut dengan suhu tinggi dan berulang kali, dan sering berjemur di bawah sinar matahari,” jelasnya.
Tanda rambut rusak, ujar dr. Mohammad Yoga adalah mudah patah, tampak kusam, mengalami perubahan warna, serta rontok lebih besar dari 100 helai/hari, kerontokan rambut dapat disertai kebotakan, kemerahan pada kulit kepala, jaringan parut, dan sisik laa kulit kepala.
Menentukan jenis dan penyebab rambut rusak adalah hal yang penting untuk menentukan pengobatan dan tindakan yabg sesuai. Konsultasikan permasalahan rambut yang dialami ke dokter spesialis dermatologi dan venereologi agar dapat ditangani segera.
Perawatan rambut yang baik agar rambut tetap sehat, mencakup pemilihan regimen sesuai kondisi rambut, penggunaan air conditioner, serum hat defense, sering keramas dan membersihkan rambut setelah menggunakan produk, mencari produk dengan kandungan polimer kationik yang memiliki berat molekul lebih tinggi, silikon, kandungan minyak, menghindari faktor pencetus rambut rusak (pemanasan rambut berlebihan, pewarnaan rambut beelebihan, dan lainnya). (Ahmad Djunaedi).