SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Capung adalah salah satu serangga paling tua di Bumi. Mereka sudah ada sejak era dinosaurus, selamat dari hantaman asteroid, dan bertahan ratusan juta tahun. Namun, tantangan terbesar justru datang di zaman modern: perubahan iklim dan kebakaran hutan.
Sebuah studi terbaru dari University of Colorado Denver menunjukkan, panas ekstrem dan kebakaran ternyata mengubah ciri fisik yang selama ini membantu capung kawin. Ironisnya, ciri itu kini malah menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup mereka.
“Capung telah selamat dari asteroid, tetapi sekarang perubahan iklim dan kebakaran hutan mengancam mereka dengan cara yang tak bisa diimbangi oleh evolusi,”
— Sarah Nalley, peneliti utama CU Denver
Sayap Indah Jadi Masalah
Banyak capung jantan punya bercak gelap di sayapnya. Fungsi awalnya: hiasan untuk menarik pasangan. Tetapi, bercak ini juga menyerap panas. Di area yang makin panas atau habis dilalap api, bercak tersebut bikin tubuh capung cepat panas, lelah, dan akhirnya kalah bersaing saat berebut pasangan.
Hasil pencitraan termal membuktikan sayap bercak gelap memang lebih cepat menyerap panas. Akibatnya, bukan soal bertahan hidup yang jadi masalah, tapi soal gagal kawin. Dan tanpa kawin, populasi bisa anjlok meskipun individu capung masih hidup.
“Masalahnya bukan hanya apakah hewan bisa bertahan setelah kebakaran hutan, tetapi apakah mereka masih bisa berkembang biak di lingkungan yang berubah. Itulah kunci kelangsungan hidup jangka panjang,”
— Michael Moore, profesor CU Denver
Dampaknya ke Ekosistem
Capung punya peran vital dalam ekosistem:
- Mengendalikan populasi nyamuk
- Jadi makanan burung, ikan, dan amfibi
- Menjaga keseimbangan rantai makanan
Kalau capung lenyap, rantai ini akan terguncang.
Penelitian Berawal dari Tugas Kuliah
Uniknya, riset ini awalnya hanya proyek kelas mahasiswa. Mereka memadukan data kebakaran dari US Geological Survey, catatan iklim, serta data pengamatan warga selama 40 tahun. Hasilnya jelas: capung dengan sayap bercak gelap semakin jarang muncul di daerah panas ekstrem dan bekas kebakaran.
Sarah Nalley sendiri punya alasan pribadi meneliti ini. Rumahnya hancur dalam kebakaran Marshall di Colorado pada 2021.
“Saya tahu saya ingin mempelajari hewan. Tapi setelah kebakaran itu, saya juga ingin mempelajari dampak kebakaran terhadap hewan,”
— Sarah Nalley
Lebih dari Sekadar Capung
Penelitian ini, yang dipublikasikan di Nature Climate Change, memberi pesan penting: bertahan hidup saja tidak cukup. Spesies juga harus berhasil berkembang biak.
Capung kini menjadi alarm alami. Kalau predator kuno yang begitu tangguh saja mulai goyah, bagaimana dengan spesies lain yang lebih rapuh?
“Sarah datang dengan pertanyaan cerdas tentang kebakaran dan reproduksi, dan itu membuat saya memikirkan kembali cara saya melihat isu-isu ekologi besar,”
— Michael Moore
Capung bukan sekadar “fosil hidup” dari masa lalu. Mereka adalah indikator rapuhnya ekosistem kita hari ini. Jika capung hilang, itu bukan hanya punahnya satu serangga, tapi peringatan keras bahwa lingkungan kita sedang tidak seimbang.
(Anton)