SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Baru juga Indonesia mau checkout 42 jet tempur Rafale senilai Rp134 triliun dari keranjang belanja pertahanan, India malah kena spoiler duluan. Bukan spoiler film, tapi spoiler realitas: tiga unit Rafale mereka ditembak jatuh dalam satu hari oleh jet-jet tempur J-10C buatan China, pilotnya Pakistan pula.
Insiden ini terjadi 7 Mei lalu dalam duel udara di wilayah sensitif India-Pakistan. Menurut laporan dari militer Pakistan (yang tampaknya sedang sangat percaya diri), lima pesawat tempur India tumbang, termasuk tiga Rafale. Pelakunya? Jet J-10C, lengkap dengan rudal PL-15 yang konon bisa mencium mangsanya dari jarak 200 kilometer.
India diam-diam malu. Tapi akhirnya buka suara juga. Kepala Staf Angkatan Udara India, Marsekal Udara AK Bharti, berkomentar singkat nan ambigu, “kehilangan adalah bagian dari pertempuran.” Gitu aja? Mahal-mahal beli Rafale, jatuhnya dianggap “bagian dari proses”? Mungkin India harus belajar dari netizen: kalo udah rugi, bilang aja, “gagal cuan.”
Rafale: Jet Serba Bisa, Tapi Ternyata Bisa Juga Jatuh
Jet Rafale, produk unggulan Prancis, dijual ke dunia dengan label “multirole fighter” generasi 4.5. Punya fitur-fitur canggih, katanya. Tapi kalau ujung-ujungnya rontok di udara, Indonesia wajar dong bertanya: “Triliunan ini buat senjata, atau buat koleksi museum?”
Spesifikasi Dassault Rafale (yang katanya gahar banget itu):
- Kecepatan: Mach 1.8 (2.222 km/jam), tapi nggak cukup cepat buat kabur dari PL-15
- Jangkauan: 3.700 km (dengan tangki tambahan, cocok buat jalan-jalan lintas benua)
- Persenjataan:
Rudal MICA dan Meteor (mirip Marvel, tapi realitanya nggak kebal PL-15)
- Rudal SCALP-EG (jarak jauh, tapi apa kabarnya kalau musuh datang dari atas?)
- Radar AESA RBE2 + sistem perang elektronik Spectra (yang katanya bisa bikin jet siluman, tapi rupanya nggak siluman-siluman amat)
- Payload: 9.500 kg (cukup untuk bawa bekal perang dan harapan jenderal)
Kalau itu semua sudah dipasang, tapi masih jatuh juga, mungkin PR kita bukan soal senjata, tapi ekspektasi.
J-10C: Jet China yang Dulu Diejek, Sekarang Malah Ngegolin
Dulu disebut “knock-off F-16”, sekarang malah jadi nightmare di langit. Jet tempur J-10C buatan Chengdu ini makin hari makin mirip ponsel China: dulu diremehkan, sekarang semua orang pakai.
Jet ini dipersenjatai dengan:
- Radar AESA modern
- Mesin WS-10B buatan lokal
- Rudal PL-15: jangkauan 200 km+, guidance canggih, dan—ternyata—bisa menumbangkan Rafale.
Ini bukan cuma kemenangan Pakistan di udara, tapi juga semacam iklan gratis buat China.
Indonesia Mau Beli 42 Unit? Mungkin Bisa Dulu Beli Kejelasan
Kontrak pembelian Rafale oleh Indonesia ditandatangani 2022, total 42 unit, senilai \$8,1 miliar atau Rp134 triliun. Sejauh ini baru enam yang dipastikan, sisanya masih di tahap “semangat”.
Tapi setelah insiden ini, wajar jika publik (dan bahkan sebagian kalangan militer) bertanya: “Apakah ini investasi keamanan, atau hanya proyek gengsi?”
Belum lagi kita punya masalah klasik: logistik terbatas, pilot minim, rudal mahal, dan suku cadang bisa telat kalau Prancis lagi ngambek diplomatik. Jadi sebelum Rafale mendarat di Lanud Iswahjudi, mungkin sebaiknya Kementerian Pertahanan mendaratkan dulu ekspektasi.
Evaluasi Dulu, Belanja Nanti
Rafale memang jet yang bagus—di atas kertas. Tapi insiden jatuhnya tiga Rafale India adalah wake-up call bahwa kertas spesifikasi bukan jaminan di medan perang.
Sementara itu, Indonesia masih bisa pertimbangkan opsi lain:
- Perkuat rudal BVR seperti Meteor (biar setara dengan PL-15)
- Lirik sistem pertahanan berbasis jaringan
- Atau, kalau tetap mau Rafale, pastikan bukan cuma beli pesawatnya, tapi juga logistik, pelatihan, dan rudalnya. Jangan sampai beli Ferrari tapi isi bensin eceran.
“Rafale katanya bisa menari di udara, tapi kalau akhirnya jatuh juga, itu namanya balet maut.”
Sekarang tinggal kita tunggu: apakah Indonesia akan tetap ngebet atau mulai berpikir lebih hemat, lebih strategis, dan lebih rasional?
Kalau menurutmu, masih layak beli Rafale? Atau mending cari jet tempur lain yang lebih tahan banting, bukan cuma tahan branding?
(Anton)




















































